Suara.com -
Lubang hitam selalu identik dengan objek luar angkasa yang mengerikan dan "memakan" segala sesuatu di sekitarnya. Tetapi, lingkungan di sekitar lubang hitam supermasif aktif sangat kompleks, hingga tahun lalu para astronom menemukan ada zona aman di sekitar setiap lubang hitam supermasif tempat ribuan planet bisa mengorbitnya.
Sekarang, tim astronom yang dipimpin oleh Keiichi Wada dari Kagoshima University, Jepang, telah memberikan nama baru untuk planet pengorbit lubang hitam, yaitu blanet. Tim ahli juga mencari tahu bagaimana blanet ini dapat terbentuk dari butiran debu yang berputar-putar di sekitar lubang hitam.
"Kami menyelidiki proses pembekuan debu dan kondisi fisik pembentukan blanet. Hasil kami menunjukkan bahwa blanet dapat terbentuk di sekitar inti aktif galaksi yang luminositasnya relatif rendah selama masa hidupnya," tulis para astronom dalam makalah yang diterbitkan di The Astrophysical Journal untuk tinjauan rekan sejawat.
Seperti yang sudah diketahui, bintang dapat ditangkap oleh lubang hitam supermasif di pusat galaksi untuk mengitarinya, seperti yang berhasil diamati pada lubang hitam supermasif di pusat galaksi Bimasakti, yang disebut Sagitarius A*.
Baca Juga: Peneliti Ungkap Kemungkinan Mendapat Energi dari Lubang Hitam
Tak hanya itu, juga telah dihipotesiskan bahwa planet ekstrasurya dapat ditangkap oleh lubang hitam supermasif jika planet tersebut bersama bintang induknya dalam jarak yang terlalu dekat dengan lubang hitam dalam perjalanannya mengitari pusat galaksi.
Tetapi, Wada dan timnya mengusulkan kelas baru planet ekstrasurya, yang terbentuk langsung di sekitar lubang hitam supermasif aktif di jantung galaksi. Hal ini cukup masuk akal karena lubang hitam yang aktif memang dikelilingi oleh cakram akresi, fitur raksasa yang terdiri atas debu dan gas yang berputar-putar mengitari lubang hitam sebelum terhisap.
Dilansir dari Science Alert pada Jumat (7/8/2020), cakram akresi pada lubang hitam aktif ini sangat mirip dengan cakram protoplanet pada bintang yang baru terbentuk, di mana merupakan tempat planet-planet menggumpal.
Dalam proses pembentukan planet, awan gas dan debu yang membentuk cakram pada mulanya akan saling menempel karena gaya elektrostatik. Seiring waktu, itu akan menggumpal dan saling menabrak hingga terakumulasi menjadi gumpalan besar. Jika tidak ada yang menganggu proses pembentukannya, sebuah planet bisa terbentuk sempurna setelah beberapa juta tahun.
Gumpalan awan gas dan debu pada cakram ekresi lubang hitam akibat keruntuhan gravitasi dianggap juga mampu membentuk blanet.
Baca Juga: Lubang Hitam Terdekat dari Bumi Ditemukan, Bisa Dilihat Mata Telanjang
Dalam jurnal ilmiah tahun lalu, tim Wada menemukan bahwa pada jarak yang cukup dari lubang hitam, pembentukan blanet mungkin bahkan lebih efisien daripada pembentukan planet di sekitar bintang, karena kecepatan orbital cakram akresi cukup cepat untuk menjaga benda-benda di sana agar tidak keluar dari orbit dan melayang jatuh ke lubang hitam.
Tetapi, ada beberapa masalah dengan perhitungan yang telah dilakukan Wada dan timnya. Pertama, mungkin saja, jika kecepatan tumbukan gumpalan awan gas dan debu pada cakram akresi cukup tinggi, gumpalan ini bisa saling menghancurkan, alih-alih saling menempel. Kedua, gumpalan gas dan debu pada cakram akresi bisa saja tumbuh sangat cepat pada tahap tumbukan yang tidak sesuai dengan model kepadatan debu yang lebih alami.
Dengan batasan ini, Wada dan timnya menghitung ulang model pembentukan blanet di luar "snowline", jarak dari objek pusat pembentukan planet di mana senyawa volatil dapat mengembun menjadi es dan para ahli menemukan bahwa jika model pembentukan planet tersebut benar, seharusnya memang ada kondisi di mana blanet dapat terbentuk.
Menurut Wada dan timnya, di sekitar lubang hitam supermasif dengan 1 juta kali massa Matahari, sebuah blanet dapat terbentuk dalam waktu 70-80 juta tahun. Semakin jauh jaraknya dari lubang hitam, semakin besar blanet bisa tumbuh. Menurut perhitungan tim ahli, jika terbentuk pada jarak sekitar 13 tahun cahaya dari lubang hitam, sebuah blanet dapat memiliki massa antara 20 sampai 3.000 kali massa Bumi, yang sesuai dengan massa planet seperti yang diketahui pada umumnya.
Sedangkan untuk sebuah lubang hitam dengan ukuran 10 juta kali massa Matahari, itu dapat membentuk blanet dengan jenis kerdil cokelat, sebuah objek yang terlalu besar untuk disebut planet tetapi terlalu kecil untuk disebut bintang karena hanya mampu melakukan fusi deuterium dalam intinya.
Sayangnya, para astronom tidak dapat benar-benar mendeteksi objek-objek ini, yang berarti masih sebatas hipotetis untuk saat ini. Tetapi blanet secara resmi masuk ke dalam daftar objek unik di alam semesta bersama ploonet, istilah untuk bulan pengembara, dan bulanbulan (moonmoon), istilah untuk subsatelit alami yang mengitari satelit alami.
Para astronom juga mencatat bahwa blanet membuka jalan yang menarik untuk menjelajahi ruang ekstrem di sekitar lubang hitam supermasif.