2. Masker dapat dibuat dari bahan apa saja selama wajah tertutup
Banyaknya kelompok orang yang menentang gagasan mengenakan masker wajah (anti-maskers), beberapa penjual online menawarkan masker jala dan berenda, dengan klaim bahwa masker tersebut membuat penggunanya lebih mudah bernapas.
Faktanya, tenunan terbuka tidak memenuhi fungsi masker untuk menjebak tetesan pernapasan ukuran besar, ketika penggunanya berbicara, batuk, dan bersin.
Masker terbaik memiliki bahan yang dapat dirajut rapat dan/atau kantong filter, untuk membantu mencegah tetesan pernapasan keluar dari masker. Masker paling protektif, yaitu N95 dapat memblokir 95 persen partikel kecil, termasuk virus.
Baca Juga: Google Kampanyekan Penggunaan Masker Lewat Doodle Hari Ini
Tetapi selama pandemi, jenis masker ini sulit didapat dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, masker tersebut harus diprioritaskan untuk petugas medis terlebih dahulu.
Sebuah penelitian dari University of Arizona menemukan bahwa memakai masker penutup wajah, mengurangi risiko infeksi sebesar 24 persen untuk masker berbahan kapas sederhana dan hingga 99 persen untuk masker dengan tingkat medis yang profesional.
Para ilmuwan juga telah menyusun peringkat bahan masker wajah dari yang paling efektif hingga yang paling tidak efektif dalam pengujian.
3. Hanya orang sakit yang perlu memakai masker
Hanya karena seseorang tidak mengalami gejala Covid-19, bukan berarti orang tersebut tidak sakit. CDC mengutip lebih dari selusin penelitian yang menunjukkan, orang tanpa gejala masih dapat menyebarkan virus Corona, termasuk jika orang tersebut tidak sadar telah terinfeksi.
Baca Juga: Trik dan Tips Make Up Tahan Lama Saat Pakai Masker dan Face Shield
Untuk mencegah penularan virus ke orang lain, hal yang paling aman dilakukan adalah mengenakan masker setiap kali berada di dekat seseorang ketika pergi ke luar rumah. Ini akan membantu menurunkan risiko penyebaran tetesan pernapasan karena berbicara, batuk, dan bersin.