Suara.com - Menurut penelitian yang dipimpin University of Veterinary Medicine Hannover di Jerman, anjing terbukti sangat efektif dalam mendeteksi virus Corona (Covid-19) dengan mengendusnya dan tingkat akurasi yang luar biasa.
Para peneliti melatih delapan anjing pelacak dari militer Jerman, untuk mengidentifikasi bau yang terkait dengan Covid-19 dalam sampel air liur dan dahak manusia.
Setelah satu minggu pelatihan, hewan tersebut dapat membedakan antara sampel dari pasien yang terinfeksi dan orang yang tidak terinfeksi, dengan akurasi 96 persen.
Tercatat, berhasil mendeteksi 1.157 indikasi benar positif, 792 indikasi benar negatif, dan sekitar 63 indikasi atau penolakan salah.
Baca Juga: Waspada, Pasien Covid-19 Usia Muda Berisiko Kehilangan Indera Penciuman
Penelitian dianggap sebagai studi percontohan kecil, tetapi temuan yang menjanjikan menunjukkan bahwa anjing pelacak dapat memainkan peran dalam mendeteksi dan mengelola infeksi Covid-19 di masa depan.
Studi tersebut telah dipublikasikan minggu lalu di jurnal BMC Infectious Diseases.
"Penemuan awal yang menunjukkan bahwa anjing pendeteksi bau yang telah dilatih sebelumnya dapat membedakan dengan andal, akurat, dan cepat antara sampel dari pasien yang terinfeksi Covid-19," kata Profesor Holger A Volk, kedua departemen kedokteran dan bedah hewan kecil di University of Veterinary Medicine Hannover, dikutip dari IFL Science, Kamis (6/8/2020).
"Kami telah membangun dasar yang kokoh untuk penelitian di masa depan, untuk mengeksplorasi aroma apa yang dapat dicium anjing. Mereka juga dapat digunakan untuk membedakan antara titik waktu penyakit atau fenotipe klinis yang berbeda," tambahnya.
Anjing yang dapat mengendus penyakit, bukanlah ide baru. Sebelumnya, anjing pelacak telah digunakan untuk mendeteksi penyakit Parkinson, malaria, beberapa jenis kanker, dan berbagai penyakit saluran pernapasan menular.
Baca Juga: Studi Terbaru Sebut Masker Melanggar Algoritma Pengenalan Wajah
Hewan ini mampu melakukannya melalui hidung, dilatih dengan baik agar dapat merasakan bahan kimia, yang dikenal sebagai senyawa organik yang mudah menguap (VOC).
Penyakit dapat secara halus mengubah proses metabolisme tubuh dan dapat mengakibatkan produksi VOC, yang berbeda memasuki aliran darah dan akhirnya dikeluarkan melalui napas atau urin.
Hebatnya, anjing mampu membedakan antara aroma dari senyawa yang sangat kecil ini, mungkin dalam konsentrasi sekecil 0,001 bagian per juta.
Hal ini dapat dilakukan berkat adanya 200 hingga 300 juta reseptor penciuman yang ditemukan di hidung anjing. Sebagai perbandingan, manusia hanya memiliki 5 juta reseptor.
Seperti yang ditunjukkan dalam penelitian ini, anjing tampaknya dapat mengidentifikasi VOC yang terkait dengan Covid-19.
Meski begitu, masih tidak jelas bagaimana pengetahuan ini dapat diterapkan di dunia nyata. Tetapi para ilmuwan menyarankan bahwa itu dapat digunakan di negara-negara yang kesulitan untuk mendapatkan tes diagnostik.
Para ilmuwan mengatakan bahwa di negara-negara dengan akses terbatas untuk melakukan tes, anjing pendeteksi berpotensi digunakan mendeteksi massal orang yang terinfeksi.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami potensi dan keterbatasan penggunaan anjing dalam mendeteksi penyakit ini.