Suara.com - Ibukota Lebanon, Beirut, dilanda kekhawatiran setelah gudang penyimpanan amonium nitrat meledak pada Selasa (4/8/2020) atau menjelang dini hari di Tanah Air (5/8/2020). Bila amonium nitrat memiliki volume cukup besar, akan berdampak bagi kesehatan manusia. Sementara dari reaksi kimia, terjadi shockwave atau gelombang kejut yang mampu menghancurkan benda padat menjadi pecahan-pecahan kecil, terlontar dalam kecepatan tinggi mirip proyektil peluru.
Luthfan Irfana, Dosen Kimia Organik dari Departemen Kimia FMIPA IPB menjelaskan proses kimia yang terjadi dari reaksi amonium nitrat di Beirut, ibu kota Lebanon.
"Kembali lagi ke produk dekomposisi amonium nitrat, dihasilkan gas N2, O2, dan uap air. Itu semua adalah komponen atmosfer bumi. Jadi secara kimia tidak terlalu bahaya," ungkap Luthfan Irfana kepada Suara.com.
Akan tetapi, asap yang dihasilkan dari ledakan kemungkinan merupakan N2O, bisa merusak pernapasan manusia.
Baca Juga: Ledakan Dahsyat di Lebanon Disebabkan oleh Amonium Nitrat, Apakah Itu?
"Mungkin dihasilkan juga N2O, itu polutan gas yang biasa dikeluarkan cerobong asap atau knalpot. Ya, sekali lagi berapa banyak yang meledak, makin banyak gas-gas yang dihasilkan juga akan makin banyak di udara. Dan setiap zat punya kadar bahayanya masing-masing," sambung Luthfan Irfana.
"Bahaya ledakannya standar saja. Pertama, jelas ledakan dapat menghasilkan shockwave atau gelombang kejut yang dapat menghancurkan benda padat di sekitar ledakan, misal kaca, menjadi pecahan-pecahan kecil yang terbang dengan kecepatan tinggi, ibarat proyektil peluru," bebernya.
Namun ia menggarisbawahi jika amonium nitrat yang meledak memiliki volume yang cukup besar, maka dampak negatif bagi manusia dan lingkungan akan semakin serius.
"Jika bahannya cukup banyak, gelombang kejut itu sendiri bisa berbahaya bagi sistem keseimbangan tubuh manusia, bahkan sebelum pecahan-pecahan tadi sampai," pungkasnya.
Baca Juga: Ini Alasan Amonium Nitrat Mudah Meledak