Virus Corona Intai Kelelawar Selama Beberapa Dekade

Selasa, 04 Agustus 2020 | 15:00 WIB
Virus Corona Intai Kelelawar Selama Beberapa Dekade
Ilustrasi kelelawar (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Microbiology, keluarga virus Corona (Covid-19) telah mengintai kelelawar di China selama beberapa dekade. Kemungkinan besar, termasuk kerabat virus Corona jenis lain yang dapat menginfeksi manusia.

Tim ilmuwan internasional dari Inggris, Belgia, China, dan Amerika Serikat menelusuri sejarah evolusi Covid-19 dengan mempelajari virus Corona, terkait genetika yang ditemukan pada kelelawar dan trenggiling.

Memahami asal-usul evolusioner dari virus Corona dapat menjadi hal yang rumit, ketika virus itu menjalani proses yang dikenal sebagai rekombinasi. Di mana dua virus yang berbeda menginfeksi sel inang yang sama dan berinteraksi selama replikasi, menghasilkan materi genetik yang ditukar. Artinya, genom virus tidak memiliki garis keturunan lurus dan dapat berasal dari berbagai sumber.

Menurut temuan baru, garis keturunan virus Covid-19 secara genetik terbagi antara virus kelelawar terkait yang menyimpang pada era 1948, 1969, dan 1982.

Baca Juga: Waduh, Orang Bertubuh Tinggi Berpeluang Tinggi Terinfeksi Covid-19

Salah satu penyimpangan ini, pada 1969, akhirnya memunculkan RaTG13, jenis virus Corona yang secara genetik mirip 96,1 persen dengan virus Corona untuk penyakit Covid-19.

Para ilmuwan pertama kali mengidentifikasi virus ini pada 2013, setelah mengambil sampel kelelawar horseshoe di Provinsi Yunnan, China.

Fitur lain yang dianalisis oleh para ilmuwan adalah domain pengikat reseptor (RBD) pada protein lonjakan (spike protein) virus, bagian penting dari virus yang secara efektif menjadi "kunci" yang digunakan oleh patogen untuk mengenali dan memasuki sel inang.

Para ilmuwan menemukan bahwa Covid-19 dan kerabatnya, seperti RaTG13 dan virus trenggiling yang disampel di Guangdong pada 2019, semuanya berbagi RBD dan protein lonjakan serupa.

Namun, fitur-fitur ini tampaknya bukan produk rekombinasi. Ini menunjukkan bahwa RBD dan proteinnya adalah sifat leluhur dari garis keturunan yang mengarah ke Covid-19, RaTG13, dan virus trenggiling.

Baca Juga: Temukan Bayi Kelalawar di Sup, Satu Keluarga di Wuhan Langsung Tes Covid-19

Hal tersebut juga mengisyaratkan bahwa mungkin ada anggota lain dari jenis virus Corona ini yang mampu menginfeksi manusia.

"Ini berarti bahwa virus lain yang mampu menginfeksi manusia beredar di kelelawar horseshoe di China," kata David L Robertson, penulis studi dan profesor virologi komputasi di MRC-University of Glasgow Centre of Virus Research, seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (4/8/2020).

Temuan ini juga meragukan teori bahwa trenggiling adalah hewan perantara yang menyimpan virus sebelum itu berpindah ke manusia.

Ilustrasi Trenggiling. [AFP/Sam Yeh]
Ilustrasi Trenggiling. [AFP/Sam Yeh]

Penelitian sebelumnya, menyebut urutan RBD Covid-19 lebih mirip dengan virus trenggiling daripada RaTG13. Namun, tim ilmuwan menemukan tidak ada bukti bahwa trenggiling membantu Covid-19 dengan RBD selama sejarah evolusi.

Meskipun trenggiling mungkin telah berperan dalam penularan ke manusia, tetapi hewan itu tidak mungkin menjadi tuan rumah perantara utama untuk virus.

Penelitian ini juga menyoroti minimnya pengetahuan dan studi yang dilakukan manusia tentang virus Corona, mengingat virus ini telah beredar selama beberapa dekade. Karenanya, penulis penelitian mengatakan, temuan ini menyoroti bagaimana dunia harus melakukan lebih banyak penelitian dan pengawasan untuk mengidentifikasi patogen baru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI