Suara.com - Menurut penelitian terbaru terhadap 2.000 orang di Inggris dan Amerika Serikat, orang-orang dengan tinggi lebih dari 1,83 meter atau 183 cm, memiliki lebih dari dua kali lipat kemungkinan didiagnosis dengan virus Corona (Covid-19). Hal ini menambah bobot argumen bahwa virus dapat ditularkan melalui udara maupun tetesan.
Meskipun penelitian ini belum ditinjau oleh rekan sejawat, para ilmuwan di balik penelitian tersebut telah merilis pernyataan yang menyebut bahwa pemurnian udara harus dianggap sebagai langkah mencegah penyebaran virus.
Menurut penulis penelitian, orang bertubuh tinggi tidak akan menghadapi peningkatan risiko infeksi virus, jika ditularkan secara eksklusif melalui tetesan air liur karena ini tidak bertahan lama di udara, tetapi jatuh ke lantai segera setelah keluar dari mulut atau hidung seseorang.
Sementara partikel aerosol dapat dibawa oleh arus udara dan cenderung menumpuk di ruangan berventilasi buruk.
Baca Juga: Studi Ungkap Pengaruh Tetap di Rumah terhadap Penyebaran Covid-19
"Hasil survei ini dalam hal hubungan antara tinggi dan diagnosis menunjukkan transmisi tetesan ke bawah bukan satu-satunya mekanisme transmisi," kata Profesor Evan Kontopantelis dari University of Manchester ketika mengomentari data yang belum dipublikasikan, seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (4/8/2020).
Gagasan penularan melalui udara telah menjadi bahan perdebatan utama sejak awal pandemi, dengan banyak ilmuwan mengkritik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena bersikeras bahwa Covid-19 hanya dapat ditularkan melalui tetesan air liur.
Dalam menghadapi tekanan yang meningkat dari komunitas ilmiah, WHO akhirnya memperbarui data resmi tentang virus Corona bulan lalu dan mengakui adanya transmisi melalui aerosol jangka pendek. Tekanan tersebut datang setelah 239 ahli kesehatan dari seluruh dunia menandatangani pernyataan kepada WHO.
Penelitian terbaru ini tidak dirancang untuk memeriksa kemungkinan penularan melalui udara, melainkan bertujuan menyelidiki bagaimana atribut pribadi dan kondisi kehidupan memengaruhi peluang seseorang untuk tertular virus.
Selain pernyataan tentang tinggi tubuh seseorang, hasil survei juga mengungkapkan bahwa orang yang saling berbagi ruangan bersama atau menggunakan dapur umum secara bersamaan, juga secara signifikan lebih mungkin untuk terinfeksi virus.
Baca Juga: RS Universitas Udayana Bali Gunakan Plasma konvalesen Atasi Pasien Covid-19
Mengingat bahwa kehidupan seperti ini paling umum ditemukan di antara keluarga dan individu berpenghasilan rendah, para ilmuwan mengatakan, penemuan ini pun memberikan bukti lebih lanjut untuk hubungan antara Covid-19 dan status sosial ekonomi.