"Bangunan dharmasala [di Dieng] kita rekonstruksi dengan mengacu relief di Candi Borobudur,"ujar Eri.
Hasil rekonstruksi tim arkeologi, menurut Djaliati Sri Nugrahani, menyebutkan bahwa dharmasala merupakan tempat "kegiatan para siswa untuk menyiapkan ritual keagamaan di bangunan candi".
Selain itu, menurutnya, di kawasan Dieng juga ada lokasi pertapaan dan pusat-pusat kajian, terutama tempat pemujan terhadap Dewa Syiwa.
"Ada tempat-tempat sekolah keagamaan. Jadi ada resi yang tinggal di situ, dan punya murid-murid," katanya.
Baca Juga: Fenomena Embun Beku di Dieng Akibat Angin Dingin dari Australia
Prasasti berangka tahun 809, yaitu prasasti Kuti yang ditemukan di dekat Candi Arjuna, juga menyebutkan bahwa Dieng sebagai pusat kegiatan religius, juga didukung komunitas yang tinggal di desa perdikan.
"Di sekitar [tempat suci], ada komunitas yang mendukungnya... Jadi di situ ada penduduknya, yang sebagian aktivitasnya digunakan untuk mendukung bangunan suci," papar Djaliati.
Adapun Aryadi Darwanto menganalisa, selain pusat pendidikan agama, keberadaan kompleks candi Dieng, kemungkinan sebagai tempat belajar arsitektur.
"Saat sekarang, seluruh candi tidak ada arsitektur yang sama. Bahkan, dari sembilan candi yang ada dan menjadi 10 (Candi Kunthi, yang baru ditemukan), bentuknya tidak sama.
"Ini ada indikasi sebagai pusat belajar arsitektur," katanya, menganalisa.
Baca Juga: Fakta Baru di Balik Temuan Situs Diduga Ondo Budho Dieng
Bagaimana upaya perlindungan situs bersejarah Dieng?