Phising Masih Jadi Senjata Utama Pelaku Kejahatan Siber

Dythia Novianty Suara.Com
Rabu, 22 Juli 2020 | 15:00 WIB
Phising Masih Jadi Senjata Utama Pelaku Kejahatan Siber
Ilustrasi phising. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah meningkatnya penggunaan perbankan online dan e-wallet di Asia Tenggara yang dipicu oleh pandemi, Kaspersky mengingatkan bank dan layanan keuangan jika phising masih menjadi senjata utama para pelaku kejahatan siber.

Perusahaan keamanan siber global menyoroti bagaimana sektor keuangan sesungguhnya dapat memanfaatkan data ancaman komprehensif, untuk memperkuat pertahanan mereka terhadap kelompok kejahatan dunia maya yang canggih seperti Lazarus, cybergang terkenal yang diduga berada di belakang serangan Bank Bangladesh yang merugikan jutaan dolar.

Dalam laporan sebelumnya, Kaspersky telah mengungkapkan bahwa sampel malware yang berkaitan dengan aktivitas kelompok Lazarus muncul di tengah lembaga keuangan, pengembang perangkat lunak kasino untuk perusahaan investasi, dan bisnis mata uang kripto di beberapa negara secara global, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Insiden cyberheist tersebut menyebabkan kerugian hingga 81 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,18 triliun pada 2016.

"Lebih dari empat tahun setelah dunia menyaksikan salah satu pencurian siber paling sukses hingga saat ini, sangat penting bagi bank dan lembaga terkait di Asia Tenggara untuk memahami bagaimana memanfaatkan intelijen ancaman untuk menggagalkan upaya canggih apa pun terhadap sistem mereka,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky dalam webminar, Rabu (22/7/2020).

Baca Juga: Hindari Kejahatan Siber, Ini 5 Cara Aman Belanja Online Selama Pandemi

Sebagai contoh, dia menambahkan, para peneliti keamanan siber Kaspersky telah memantau kelompok Lazarus selama bertahun-tahun.

"Melalui intelijen ini, solusi kami dapat mendeteksi malware yang mungkin mereka gunakan seandainya mereka mencoba memasuki sistem perbankan. Kami dapat memblokir, menganalisis file berbahaya, dan mengingatkan tim TI organisasi akan taktik dan teknik yang wajib diwaspadai berdasarkan perilaku serangan grup sebelumnya, sehingga dapat menghindari serta menyelamatkan atas segala kemungkinan kerugian jutaan orang secara finansial dan profesional," jelasnya.

Pencurian siber senilai 81 juta dolar AS ini juga mengakibatkan beberapa tuntutan hukum, kerugian reputasi, miliaran denda, satu dakwaan dan penangkapan, serta beberapa pengunduran diri resmi dari pejabat bank dan bahkan pemutusan hubungan kerja.

Selain dari intelijen ancaman, Kaspersky juga mencatat pentingnya faktor manusia ketika berbicara mengenai pengamanan sistem keuangan. Perusahaan keamanan siber global mengutip sebuah laporan dan membuktikan bahwa cyberheist yang terjadi dimulai dari serangkaian email spear phishing.

Sayangnya, email mencurigakan tersebut diklik oleh seorang karyawan bank yang tidak mewaspadai hal ini.
Spear phishing adalah penipuan komunikasi elektronik atau e-mail yang ditargetkan untuk individu, organisasi, atau bisnis tertentu.

Baca Juga: Targetkan UKM, 192 Ribu Upaya Phising Terdeteksi di Indonesia

Meskipun sering bertujuan untuk mencuri data demi tujuan berbahaya, para pelaku kejahatan siber mungkin juga berniat untuk menginstal malware di komputer pengguna yang ditargetkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI