Penemuan Oxford yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet mengungkapkan bahwa vaksin tersebut dapat memberikan perlindungan ganda terhadap Covid-19.
Dalam penelitian tersebut, 1.077 peserta menghasilkan sel darah putih, sel-T, yang dapat melawan penyakit dalam waktu 14 hari dan antibodi dalam 28 hari.
Tahap awal percobaan menemukan bahwa vaksin itu aman dan hanya menyebabkan sedikit efek samping. Beberapa peserta menderita demam atau sakit kepala yang dapat dengan mudah diobati.
Inggris sebelumnya telah memesan 100 juta dosis vaksin lain yang sedang dikembangkan bersama raksasa obat-obatan AstraZeneca. Menurut CEO AstraZeneca, Pascal Soriot, produksi massal akan dimulai sebelum disetujui sehingga dapat didistribusikan dengan cepat.
Baca Juga: Sebanyak 1.620 Orang Indonesia Akan Disuntik Calon Vaksin Covid-19 Sinovac
"Harapan kami adalah bahwa kami dapat mulai memberikan vaksin sebelum akhir tahun ini dan seberapa dini sangat tergantung pada tingkat infeksi di masyarakat. Kami akan dapat memberikan hasil pada September, tetapi mungkin butuh satu atau dua bulan lagi," kata Soriot.
Pemerintah Inggris juga telah membeli 30 juta dosis vaksin BioNtech/Pfizer dan 60 juta dosis vaksin yang sedang dikembangkan oleh Valneva.
Para ahli percaya bahwa peluang terbaik untuk mengalahkan Covid-19 adalah mengembangkan beberapa vaksin secara global sekaligus. Penelitian lain di Lancet menunjukkan vaksin yang dikembangkan di China juga menghasilkan respons kekebalan yang kuat.