Suara.com - Seorang remaja lelaki berusia 16 tahun diduga terserang kasus baru dari wabah pes atau disebut juga Black Death.
Pihak berwenang di Mongolia khwatir ini akan menjadi wabah baru penyakit pes dan pejabat kesehatan meminta kepada masyarakat, termasuk orang-orang muda, untuk menanggapi ancaman Black Death dengan serius.
Pejabat kesehatan terkemuka meminta para influencer media sosial untuk berhenti mengagungkan perburuan dan makan marmut yang membawa penyakit sangat menular.
Remaja itu dilaporkan telah mengabaikan peringatan untuk tidak memakan daging tikus dan marmut yang berpotensi terinfeksi dan sekarang berada di rumah sakit. Remaja yang berasal dari provinsi Govi-Altai di Mongolia barat itu mengonsumsi marmut pada Selasa (14/7/2020) dan menderita demam keesokan harinya.
Baca Juga: Sst... Ilmuwan China Sebut Pemerintahannya Tutupi Wabah Covid-19
Wabah pes atau disebut juga Black Death merupakan pandemi paling fatal dalam sejarah manusia yang terjadi pada Abad Pertengahan, di mana 75-200 juta orang Eurasia dan Afrika Utara meninggal.
Penyakit itu disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis dan ditularkan oleh kutu yang terinfeksi oleh tikus. Tetapi di Mongolia Dalam, itu sering berasal dari marmut yang tinggal di daerah pedesaan.
Pemerintah Mongolia memperingatkan bahwa penyakit ini dapat membunuh kurang dari 24 jam jika tidak segera ditangani dan berpotensi lebih mematikan daripada virus Corona.
Sebelumnya, Global Times melaporkan kasus lain yang dicurigai ditemukan pada seorang remaja berumur 15 tahun setelah melakukan kontak dengan marmut yang diburu oleh anjing. Anak lelaki itu meninggal di provinsi yang sama, Govi-Altai, sementara dua saurara lelaki terinfeksi dalam wabah terpisah di wilayah Khovd yang berdekatan.
Dilansir dari Mirror, Jumat (17/7/2020), Pusat Nasional untuk Penyakit Zoonosis di negara itu mengatakan bahwa 17 dari 21 provinsi Mongolia adalah pusat atau rumah alami untuk wabah pes.
Baca Juga: Waspada, Penyebaran Penyakit dari Hewan ke Manusia Meningkat
Sebuah kasus juga dikonfirmasi di China. Semua terkait dengan marmut yang terinfeksi.
Kepala pusat penyakit Mongolia, Dr N. Tsogbadrakh mengatakan warga negara "tidak peduli" terhadap ancaman wabah pes yang memiliki tingkat kematian antara 30 dan 100 persen. Wakil kepala pusat penyakit Mongolia, Dr B Amgalanbayar pun mengingatkan hal serupa.
"Marmut dan hewat pengerat lainnya sangat menular. Risiko ini sangat tinggi. Epidemi marmut tidak hanya terlihat di negara kita, tetapi juga secara internasional, di daerah perbatasan Mongolia Dalam, Rusia, Kazakhstan, dan China. Ini adalah risiko bagi hidup dan kesehatan kalian serta orang yang kalian cintai," kata Dr B Amgalanbayar.
Ia menambahkan bahwa mayoritas kasus yang dilaporkan dalam beberapa tahun terakhir ditemukan pada remaja. Para orang tua harus memperingatkan anak-anak mereka untuk tidak berburu marmut dan tidak memakan marmut yang telah digigit anjing.
Rusia sebagai negara tetangga pun telah meningkatkan langkah-langkah untuk melawan wabah di Siberia selatan. Di Republik Tuva, Siberia selatan, sekitar 3.000 orang telah divaksinasi. Sementara di Republik Altai, peternakan gembala telah didesinfeksi.
Sebelumnya pada awal Juli, seorang gembala di Bayannur, di Daerah Otonomi Mongolia Dalam China, telah didiagnosis menderita penyakit Pes. Hal itu menyebabkan pemerintah China mengeluarkan peringatan tingkat ketiga, mengingatkan bagaimana dunia saat ini tengah memerangi pandemi Covid-19 baru, tetapi ancaman lama tetap ada.