Kecoak Raksasa Ditemukan di Selat Sunda

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 15 Juli 2020 | 19:19 WIB
Kecoak Raksasa Ditemukan di Selat Sunda
Jenis baru kecoak laut raksasa ata krustasea Bathynomus raksasa yang pertama dari laut Indonesia. (Sumber: Humas LIPI)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan dan mendeskripsikan kecoak laut raksasa atau jenis baru krustasea (udang-udangan) Bathynomus raksasa yang pertama dari perairan Indonesia, tepatnya di Selat Sunda.

"Penemuan jenis baru merupakan capaian besar seorang taksonomis apalagi jenis spektakuler dari sisi ukuran bahkan ekosistem di mana jenis tersebut ditemukan,” kata Pelaksana Tugas Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Cahyo Rahmadi dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa malam (14/7/2020).

Kecoak laut raksasa itu ditemukan berada di Selat Sunda dan selatan Pulau Jawa pada kedalaman 957-1259 meter dari permukaan.

Spesimennya dikoleksi pada kegiatan ekspedisi South Java Deep Sea Biodiversity Expedition (SJADES) yang merupakan ekspedisi LIPI bersama National University of Singapore dengan koordinator penelitian Dwi Listyo Rahayu dan Peter Ng pada tahun 2018.

Baca Juga: Peneliti LIPI Temukan Spesies Katak Mini Baru di Sumatera Bagian Selatan

Penemuan jenis baru Bathynomus raksasa ini, yang dipublikasikan pada jurnal ZooKeys tanggal 8 Juli 2020, dinilai menjadi capaian penting keilmuan, khususnya dalam bidang ilmu taksonomi yang relatif sepi peminat.

Cahyo menuturkan penemuan jenis baru tersebut menunjukkan betapa besar potensi keanekaragaman hayati Indonesia yang belum terungkap.

"Masa depan pengungkapan keanekaragaman hayati Indonesia berkejaran dengan laju kepunahan jenis dan mungkin juga taksonom sebagai garda terdepan," tuturnya.

Terbesar kedua

Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI Conni Margaretha Sidabalok menuturkan pemilihan istilah raksasa sebagai nama jenis mengacu pada ukuran tubuh yang masuk dalam kategori besar (giant) dan sangat besar (super giant) yang dapat mencapai ukuran di atas 15 centimeter di usia dewasa.

Baca Juga: Peneliti LIPI Temukan 16 Spesies Baru Keong Darat di Jawa

"Ukurannya memang sangat besar dan menduduki posisi kedua terbesar dari genus Bathynomus," ujarnya.

Conni mengatakan beberapa penelitian terdahulu telah menemukan lima jenis Bathynomus berkategori super giant di Samudera Hindia dan Pasifik.

"Penemuan Bathynomus pertama dari laut dalam Indonesia ini sangat penting bagi riset taksonomi krustasea laut dalam, mengingat langkanya riset sejenis di Indonesia," tuturnya.

Bathynomus merupakan salah satu ikon krustasea laut dalam dengan ukuran relatif besar dan tampilan keseluruhan yang khas.

Bathynomus memiliki tubuh pipih dan keras, walaupun tidak memiliki karapaks atau cangkang keras yang melindungi organ dalam pada tubuh krustasea. Matanya berukuran besar, pipih, dan memiliki jarak cukup lebar di antara keduanya.

Organ di bagian kepala adalah sepasang antena panjang, sepasang antena pendek di ujung kepala, serta mulut dan anggota tubuh yang bermodifikasi untuk alat makan di segmen bagian bawah kepala. Bathynomus memiliki tujuh pasang kaki jalan dan lima pasang kaki renang.

Identifikasi Bathynomus raksasa dilakukan dari holotype jantan berukuran 363 milimeter dan paratype betina berukuran 298 milimeter.

"Secara umum, Bathynomus raksasa paling mirip dengan Bathynomus giganteus dan Bathynomus lowryi dalam rentang ukuran dan karakter di bagian ekor atau pleotelson," ujar Conni.

Conni mengatakan perbedaan dengan dua jenis tersebut terdapat pada karakter antena, organ ujung kepala, tekstur permukaan, duri ekor dan beberapa karakter lain.

Conni menjelaskan ekspedisi SJADES juga memperoleh empat spesimen Bathynomus pra-dewasa dan muda dari perairan Selat Sunda dan selatan Jawa.

"Spesimen tersebut tidak dapat kami identifikasi ke tingkat jenis, karena karakter diagnostik jenis biasanya belum berkembang pada tahap pra-dewasa atau lebih muda. Tetapi yang pasti spesimen ini bukan Bathynomus raksasa karena adanya perbedaan bentuk ekor, ekor samping dan duri ekor," tutur Conni. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI