Suara.com - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa satu dari tiga orang berusia 18 hingga 25 tahun berisiko terkena infeksi virus Corona (Covid-19) dengan gejala yang parah.
Berdasarkan sampel mewakili secara nasional sekitar 8.400 orang di Amerika Serikat, para ilmuwan di University of California San Francisco menemukan bahwa 33 persen lelaki dan 30 persen perempuan tampaknya memiliki kerentanan medis terhadap Covid-19. Temuan ini telah dipublikasikan di Journal of Adolescent Health.
Sebelumnya, disebutkan bahwa orang yang berusia di atas 65 tahun lebih cenderung di rawat rumah sakit karena Covid-19 daripada orang yang lebih muda. Namun, data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) yang dikutip para ilmuwan menunjukkan kesenjangan telah menyempit dalam beberapa pekan terakhir, dengan peningkatan 299 persen baru-baru ini kasus rawat inap untuk pasien dewasa muda, dibandingkan peningkatan 139 persen kasus rawat inap untuk orang dewasa yang lebih tua.
Pada pertengahan April, kasus rawat inap karena Covid-19 pada orang berusia 18 hingga 29 tahun meningkat lebih dari empat kali lebih banyak. Sekitar 38 orang dari 100.000 orang dirawat di rumah sakit pada 4 Juli, dibandingkan dengan sembilan orang dari 100.000 yang dirawat inap pada 18 April.
Baca Juga: Penelitian Terbaru: Tes Antibodi Covid-19 Tidak Disarankan
Kondisi jantung, diabetes, asma, kondisi kekebalan tubuh seperti lupus, asam urat, rheumatoid arthritis, kondisi hati, dan obesitas menjadi faktor risiko yang meningkatkan peluang orang-orang dewasa muda terinfeksi Covid-19 yang parah.
Di antara risiko lainnya, para ilmuwan mengklaim bahwa merokok, termasuk rokok elektronik adalah salah satu faktor risiko yang paling menonjol.
"Bukti terbaru menunjukkan bahwa merokok dikaitkan dengan kemungkinan lebih tinggi dari perkembangan Covid-19, termasuk meningkatnya keparahan penyakit. Merokok mungkin memiliki efek signifikan pada orang dewasa muda, yang biasanya memiliki tingkat rendah untuk sebagian besar penyakit kronis," kata Sally Adams, PhD, dari University of California San Francisco Division of Adolescent and Young Adult Medicine, seperti dikutip dari IFL Science, Rabu (15/7/2020).
Dari orang-orang berusia muda yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19, proporsi perokok lebih tinggi sebesar 19,8 persen daripada jumlah orang dengan penyakit asma sebesar 8,6 persen, obesitas 3 persen, gangguan kekebalan tubuh 2,4 persen, diabeter 1,2 persen, kondisi hati 0,6 persen, dan kondisi jantung sebesar 0,5 persen.
Tentu ada lebih banyak orang muda yang merokok dalam populasi daripada kondisi penyakit lainnya, yang sebagian dapat menjelaskan angka yang tinggi ini untuk perokok yang dirawat di rumah sakit. Selain itu, hubungan antara merokok dan rawat inap hanya korelasi, hubungan sebab-akibat tidak diidentifikasi oleh para ilmuwan.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Mutasi Baru Virus Corona, Lebih Berbahaya?
Meski begitu, para ilmuwan berpendapat bahwa kaitan yang mereka temukan sangat penting, terutama karena kaum muda dapat menghentikan kebiasaan merokok jika mereka ingin menurunkan risiko terinfeksi Covid-19 yang parah.
"Risiko menjadi rentan secara medis terhadap penyakit parah berkurang separuhnya ketika perokok dikeluarkan dari sampel. Upaya untuk mengurangi merokok dan penggunakan e-rokok di kalangan orang dewasa muda kemungkinan akan menurunkan kerentanan mereka terhadap penyakit parah," tutur Charles Irwin Jr, penulis senior dari University of California San Francisco Division of Adolescent and Young Adult Medicine.
Meski saat ini tidak ada studi yang secara langsung memperkirakan risiko rawat inap karena Covid-19 di antara perokok, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa merokok dikaitkan dengan peningkatan keparahan penyakit dan kematian pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.