Suara.com - Para ilmuwan memperingatkan bahwa gelombang kerusakan otak dapat terjadi setelah pandemi virus Corona (Covid-19).
Bukti menunjukkan bahwa Covid-19 dapat memicu berbagai gangguan otak dan kondisi neurologis. Dilaporkan dalam jurnal Brain, peneliti dari University College London (UCL) sekarang menggambarkan lebih dari 40 kasus orang terinfeksi Covid-19 yang menderita disfungsi otak sementara, kebingungan, stroke, kerusakan saraf, atau efek otak serius lainnya.
Menariknya, beberapa dari pasien tidak menderita gejala pernapasan parah, yang berarti gangguan neurologis adalah presentasi pertama pertama dan utama dari Covid-19.
"Kita harus waspada dan melihat komplikasi ini pada orang yang pernah menderita Covid-19. Apakah kita akan melihat epidemi pada skala besar kerusakan otak terkait pandemi, yang mungkin mirip dengan wabah encephalitis lethargica pada tahun 1920-an dan 1930-an setelah pandemi influenza tahun 1918, itu masih harus dilihat," ucap Dr Michael Zandi, penulis senior dari UCL Queen Square Institute of Neurology, seperti dikutip dari IFL Science, Kamis (9/7/2020).
Baca Juga: Studi: Penggemar Film Kiamat Lebih Tabah Hidup di tengah Pandemi Covid-19
Semakin banyak ilmuwan mempelajari tentang Covid-19, semakin jelas bahwa infeksi tersebut bukanlah berfokus hanya pada penyakit saluran pernapasan langsung.
Banyak studi kasus menunjukkan bahwa virus atau mungkin lebih tepatnya respons tubuh terhadap virus, dapat melukai organ selain paru-paru, termasuk jantung, ginjal, usus, hati, dan otak, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian baru ini.
Dalam studi tersebut, para ilmuwan merinci gangguan otak yang ditemukan pada 43 orang berusia antara 16 hingga 85 tahun yang telah mengkonfirmasi atau diduga terinfeksi Covid-19 saat di rawat di rumah sakit di London.
Dalam kelompok terpilih ini, para ahli mengidentifikasi 12 kasus peradangan otak, 10 kasus disfungsi otak sementara dengan delirium, delapan kasus stroke, delapan lainnya dengan kerusakan saraf, dan sisanya dengan "kelainan sentral lainnya yang tidak sesuai dengan kategori ini".
Virus Covid-19 tidak terdeteksi dalam cairan otak serebrospinal dari pasien yang diuji. Ini menunjukkan infeksi tidak secara langsung menyerang otak untuk menyebabkan penyakit neurologis, tetapi mungkin merupakan hasil dari peradangan atau respons lain dari sistem kekebalan tubuh.
Baca Juga: Apakah Zona Hijau Artinya Aman dari Covid-19?
Seperti yang disebutkan, para ilmuwan memperingatkan bahwa jumlah kecil namun signifikan dari gangguan otak yang dipicu Covid-19 ini, menunjukkan bahwa dunia dapat dihadapkan pada "epidemi" kerusakan otak yang lebih besar.