Di Indonesia, belum ada satupun produk riset seperti ini yang membuahkan produk obat yang murni. Hal ini menunjukkan bahwa riset obat-obatan tidak semudah yang dibayangkan banyak orang.
Meninjau sedikit dalam kaitannya dengan COVID19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat mengeluarkan pernyataan bahwa penggunaan Traditional Chinese Medicine belum bisa direkomendasikan karena bukti ilmiah yang sedikit.
Selain itu, komunitas peneliti banyak sekali yang mengingatkan bahwa penggunaan Traditional Chinese Medicine atau herbal memiliki landasan ilmiah yang lemah.
Jika kita meninjau lebih lanjut pada situs clinicaltrial.gov, semua Traditional Chinese Medicine dan herbal yang ada masih dalam status uji klinis. Artinya belum ada sama sekali yang terbukti menjadi antivirus, yang sayangnya telah disalahpahami oleh masyarakat awam Indonesia.
Baca Juga: Kalung Anti Corona akan Diproduksi Massal, Kementan Sebut Harga Terjangkau
Saya mengusulkan para pengambil kebijakan dan para peneliti yang mungkin kurang familiar terkait riset obat-obatan untuk menfokuskan dana riset kepada penelitian yang lebih realistis dan masuk akal.
Penyakit COVID-19 membutuhkan strategi penelitian dan penanganan yang realistis dan cepat, bukan melalui riset trial and error yang membutuhkan waktu hingga puluhan tahun.
Artikel ini sebelumnya tayang di The Conversation.
Baca Juga: Takut Jadi Bahan Bullyan, Anggota DPR Minta Kalung Anti Corona Diuji Lagi