Ilmuwan Temukan Mutasi Baru Virus Corona, Lebih Berbahaya?

Jum'at, 03 Juli 2020 | 12:30 WIB
Ilmuwan Temukan Mutasi Baru Virus Corona, Lebih Berbahaya?
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada April, penelitian menemukan 33 mutasi virus Corona (Covid-19) yang menunjukkan mutasi dengan cepat. Para ilmuwan meyakini bahwa virus dapat meningkatkan infektivitasnya.

Mutasi virus terjadi melalui peristiwa acak yang dapat memiliki sejumlah efek. Tim ahli dari Scripps Research Institute menemukan bahwa mutasi pada strain virus Covid-19 yang dominan di Barat, yang disebut G614, telah berkembang biak lebih banyak dan mentransmisikan lebih efisien ke host lain.

Mutasi ini muncul untuk mengkompensasi kelemahan sebelumnya yang dimiliki oleh strain asli (D614) di mana struktur di luar virus, yang disebut spike protein, akan terputus ketika melekat pada sel saluran napas manusia.

Spike protein terlibat dalam menempelkan sel virus ke sel inang, tempat virus dapat menginfeksi dan melipatgandakan sel sebelum melepaskan dan menemukan inang baru. Jika strain baru memiliki mutasi yang membantunya mempertahankan spike protein, itu dapat melipatgandakan dan menginfeksi inang baru dengan laju yang meningkat.

Baca Juga: Tumbuh Tentakel, Mutasi Virus Corona Diklaim Kian Mengerikan

Para ilmuwan percaya strain mutasi G614 memiliki spike protein yang lebih stabil daripada strain D614. Diduga, strain jenis baru ini sekitar 10 kali lebih menular daripada sebelumnya.

Anehnya, peningkatan infektivitas tidak terlihat bersamaan dengan peningkatan keparahan penyakit. Meskipun terjadi peningkatan penularan, pasien yang terinfeksi G614 tidak memiliki dampak atau gejala yang lebih parah dibandingkan dengan pasien yang terinfeksi D614.

Ilustrasi virus corona. [Shutterstock]
Ilustrasi virus corona. [Shutterstock]

Mutasi yang ditemukan oleh tim Scripps berkorelasi dengan penelitian yang dirilis oleh University of Sheffield pada April, yang menunjukkan bahwa mutasi terakumulasi dalam virus melalui seleksi positif. Pada wilayah strain mutasi G614, para ilmuwan mencatat adanya peningkatan cepat dalam frekuensi dari strain dan itu mampu menjadi strain dominan hanya dalam beberapa minggu.

Meski begitu, penelitian ini masih merupakan studi pracetak sehingga belum ditinjau oleh rekan sejawat.

"Virus Corona menghasilkan mutasi sebagai bagian dari replikasi normal mereka. Beberapa di antaranya akan berdampak pada sifat virus," ucap profesor Ian Jones, ahli virologi di University of Reading, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Baca Juga: Penelitian Terbaru: Sinar Matahari Bisa Bunuh Virus Corona dalam 34 Menit

Dilansir dari IFL Science, Jumat (3/7/2020), beberapa ilmuwan percaya mutasi virus Corona mungkin menambah beberapa tantangan untuk membuat vaksin karena mutasi dapat mengubah seberapa efektif sel kekebalan manusia dapat mengenali infeksi virus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI