Setelah aplikasi China, Bagaimana Nasib Vivo dan Xiaomi?

Dythia Novianty Suara.Com
Jum'at, 03 Juli 2020 | 09:30 WIB
Setelah aplikasi China, Bagaimana Nasib Vivo dan Xiaomi?
Ilustrasi logo Xiaomi. [Greg Baker/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Analis percaya bahwa ketegangan yang sedang berlangsung antara India dan China dapat mengubah posisi pasar smartphone negara di Anak Benua itu, Phonearena mengutip SamMobile.

Seperti diketahui, bentrokan mematikan antara kedua negara di perbatasan Himalaya Barat yang disengketakan, menyebabkan 20 tentara India tewas pada bulan lalu. China belum mengkonfirmasi kematian.

Ini adalah pertama kalinya keduanya terlibat dalam konflik bersenjata dalam 45 tahun dan tidak mungkin semuanya akan mereda dalam waktu dekat. Kini, pemerintah India berada di bawah tekanan untuk mengambil sikap keras.

Dua hari lalu, India melarang 59 aplikasi China termasuk TikTok, yang bagi India pasarnya besar, mencakup lebih dari 30 persen dari total unduhan.

Baca Juga: Muncul Tren Video TikTok Celup Kertas ke Minuman Kopi, Biar Apa?

Pengamat industri memprediksi merek ponsel cerdas China akan "bermasalah". India adalah negara berkembang dan harga adalah faktor pembelian utama bagi pelanggan seluler di sana.

Prediksi terbaru, Xiaomi memiliki pangsa 30 persen di pasar ponsel. Vivo berada di urutan kedua dengan 17 persen pasar, diikuti oleh Samsung (16 persen), Oppo (12 persen), dan Realme (14 persen).

Logo Vivo. [Yasuyoshi Chiba/AFP]
Logo Vivo. [Yasuyoshi Chiba/AFP]

Secara keseluruhan, perusahaan China seharusnya menyumbang 81 persen dari penjualan ponsel pintar di India.

Lainnya, termasuk Apple, merupakan 11 persen dari pasar. Apple mendominasi dalam kategori kelas premium.

Permintaan bukan satu-satunya hal yang menghalangi produsen smartphone China di India

Baca Juga: India Larang 59 Aplikasi Buatan China, dari Mobile Legends hingga TikTok

Menurut Counterpoint Technology Market Research Neil Shah, jika sentimen negatif terhadap China tidak mengarah pada penurunan permintaan, gangguan yang disebabkan rantai pasokan dan manufaktur masih dapat mempengaruhi pengiriman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI