Meski demikian para ilmuwan belum menemukan bukti virus G4 dari babi itu bisa menular dari manusia ke manusia.
"Jadi ini temuan penting pertama. Ini bukan virus baru, ia sudah banyak ditemukan pada babi sejak 2016," tulis Bergstrom.
"Belum ada bukti bahwa G4 menyebar antara manusia, meski virus itu sudah ada selama 5 tahun. Ini adalah konteks kunci yang harus kita pahami," lanjut Bergstrom.
Bergstrom juga menekankan bahwa virus itu baru menjadi strain dominan pada babi yang menjadi populasi studi dan bukan di seluruh China. Ia mengungkapkan bahwa studi itu hanya meneliti babi-babi di 10 dari 25 provinsi di China.
Baca Juga: Flu Jenis Baru yang Berpotensi Timbulkan Pandemi Ditemukan Di China
"Jadi apakah kita akan segera mengalami pandemi ganda, Covid dan influenza? Tidak dalam waktu dekat," tegas Bergstrom.
Potensi pandemi?
Tetapi menurut Rasmussen temuan para peneliti di China itu tak serta-merta bisa disimpulkan bahwa bahaya sudah ada di depan mata. Ia menjelaskan ada setidaknya 5 syarat agar sebuah virus bisa disebut patogen atau bisa menyebabkan penyakit pada manusia.
Pertama adalah virus itu bisa menembus sel, kedua bisa bereplikasi, ketiga bisa berkembang biak; keempat bisa menyebar ke inang lainnya, dan terakhir bisa memicu penyakit. Menurut Rasmussen syarat 1 sampai 4 dipenuhi oleh G4.
"Lalu kita masuk ke pertanyaan yang sangat penting, apakah virus itu memicu penyakit?" tulis dia.
Baca Juga: Banyak Babi di China Idap Flu Babi, Apakah Berbahaya Bagi Manusia?
Ia menguraikan bahwa dalam studi itu para peneliti hanya memeriksa 338 pekerja di rumah jagal yang melakukan kontak dengan babi. Hasilnya 10 persen atau sekitar 35 yang memiliki antibodi terhadap virus G4.