"Narasi pemerintah yang menggambarkan TCM efektif melawan Covid-19 juga berfungsi untuk mempromosikan superioritas pendekatan China dalam melawan Covid, pada saat pendekatan Barat tampak tidak efektif dalam menghentikan penyebaran virus," ujarnya.
Citra pengobatan tradisional China di dunia meroket tahun lalu setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakuinya secara formal setelah China melakukan lobi selama bertahun-tahun—langkah yang dikecam komunitas medis internasional.
WHO kemudian masuk ke dalam kontroversi lanjutan setelah organisasi itu mencabut peringatan penggunaan obat-obatan tradisional dalam menangani Covid-19 dalam rekomendasi berbahasa Inggris dan China.
Kurangnya standarisasi dan hampir tidak ada uji klinis menghambat penggunaan TCM secara luas.
Baca Juga: Dilarang WHO, Hidroksiklorokuin Efektif Untuk Pasien Covid-19 di Indonesia
Pada Mei lalu, pemerintah Swedia menguji sampel-sampel Lianhua Qingwen dan mereka menemukan 'obat' itu hanya mengandung menthol.
Kaitan dengan perdagangan satwa liar
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia tahun ini pun memunculkan sorotan pada pengobatan tradisional China terkait dengan perdagangan hewan liar.
Komisi Kesehatan Nasional China dikritik setelah merekomendasi penyuntikan berisi bubuk empedu beruang sebagai pengobatan pasien Covid-19.
Baru-baru ini China melarang penggunaan trenggiling, satwa langka yang sisiknya kerap digunakan sebagai obat tradisional.
Baca Juga: Masyarakat Diimbau Jangan Beli 'Obat Covid-19' di Toko Online
Meski demikian, para pegiat perlindungan satwa khawatir meningkatnya popularitas produk-produk obat tradisional China akan mendorong perburuan dan perdagangan satwa liar secara ilegal.