"Saya tidak tahu apakah yang meninggal di komunitas autoimun itu karena terkait mereka berhenti obat atau ada faktor lain sehingga memburuk kondisinya dan akhirnya meninggal karena saya tidak melakukan riset soal itu. Ini hanya pantauan saya dan teman-teman di komunitas, banyak sekali penderita yang memburuk selama Covid ini," tutur penulis "Buku Pintar ASI dan Menyusui ini".
Dinis, yang juga menjabat sebagai pendiri dan ketua Autoimun Indonesia, membenarkan kondisi beberapa penyandang autoimun yang memburuk dan meninggal di masa pandemi Covid 19.
Namun Dinis berkata, pihaknya tidak bisa memastikan kasus meninggalnya penyandang autoimun tersebut sebagai dampak pandemi.
"Kalau di grup, mereka komentar tidak bisa minum obat dan sekarang kondisinya memburuk, ada. Cuma kalau persentasenya, enggak ada. Kita enggak melakukan survei untuk itu karena di Indonesia penyandang autoimun sebetulnya lebih banyak dari anggota kita. "
Baca Juga: WHO Ultimatum Indonesia: Setop Beri Klorokuin ke Pasien Corona, Bahaya!
"Yang meninggal juga ada, tapi mengaitkan langsung kalau meninggalnya akibat pandemi Covid 19, kita enggak bisa, harus diteliti," kata Dinis yang juga berprofesi sebagai dokter umum.
Tidak hanya obat dan vitamin, lanjut Dinis, salah kaprah juga terjadi pada penggunaan alkohol swab. Masyarakat sempat ramai membeli alkohol itu hanya untuk membersihkan telepon selular sehingga sempat terjadi kelangkaan.
Aksi sebagian masyarakat itu, menurut dia, meniru para pemberi pengaruh di media sosial. Kelangkaan alkohol swab juga menyulitkan penyandang autoimun, terutama pengidap diabetes tipe 1 dan APS yang membutuhkan cairan steril untuk injeksi insulin dan obat pengencer darah.
"Jadi selama pandemi ini kasihan penyandang autoimun. Psikologisnya yang paling terganggu karena ada ketakutan (tertular corona), kesusahan obat. Itu yang kita alami,' kata Dinis.
Nihil edukasi
Baca Juga: WHO Hentikan Uji Coba Klorokuin pada Pasien Covid-19
Kelangkaan obat bagi penyandang autoimun saat pandemi, menurut Monik, dipicu minimnya pemahaman masyarakat. Monik menyebutkan, pemerintahlah yang semestinya mengedukasi masyarakat. Namun sejauh ini, Monik tidak melihat ada upaya tersebut.