Penyandang Autoimun di Tengah Aksi Borong Klorokuin saat Covid-19

BBC Suara.Com
Senin, 29 Juni 2020 | 06:30 WIB
Penyandang Autoimun di Tengah Aksi Borong Klorokuin saat Covid-19
[BBC].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Monik berhasil keluar dari kondisi kritis setelah mengkonsumsi pereda sakit dosis tinggi dan terapi relaksasi otot.

Ini adalah sesak napas kedua yang menyerang Monik selama pandemi Covid 19. Serangan pertama terjadi pada akhir April lalu.

Dua kali serangan sesak napas itu diakui Monik, merupakan imbas dari diterapkannya status pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terkait merebaknya Covid-19.

"Waktu PSBB dimulai, itu kan keluar anjuran bila kondisinya tidak emergency, kita tidak ke rumah sakit karena kita komorbid, yang memiliki faktor berisiko tinggi terpapar penyakit dan akhirnya bisa menularkan. Masalahnya, kondisi kami ini harus rutin maintenance," ungkap Monik, saat berbincang melalui sambungan telepon, Rabu (17/6).

Baca Juga: WHO Ultimatum Indonesia: Setop Beri Klorokuin ke Pasien Corona, Bahaya!

Sebagai penyandang autoimun APS dan Sjogren's Syndrome, Monik harus rutin tes darah, berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan dosis obat berdasarkan tes darah dan kondisi klinisnya.

Ia juga menjalani fisioterapi akibat kelumpuhan yang dialami setelah terserang stroke. Tes darah harus dilakukan setiap minggu dan fisioterapi tiga kali dalam seminggu.

"Sjogren's Syndrome menyebabkan kerusakan sendi-sendi. Jadi otomatis saya itu perlu fisioterapi rutin seminggu tiga kali. Terus saya punya autoimun APS yang menyebabkan saya mengalami kelainan darah.

Darah saya itu mengental dengan tidak normal, akibatnya saya sudah terkena stroke yang sudah terdeteksi terjadi dua kali. Nah, itu menyebabkan kelumpuhan, kelemahan separuh badan saya. Kebetulan kena otak kanan dulu, kemudian otak kiri. Otomatis perlu fisioterapi supaya saya bisa mengembalikan fungsi-fungsi syaraf saya yang rusak," kata perempuan yang tetap aktif sebagai konselor laktasi dan kesehatan ini.

Selama empat bulan masa PSBB, Monik terpaksa menghentikan total fisioterapi, termasuk mengunjungi tim dokternya.

Baca Juga: WHO Hentikan Uji Coba Klorokuin pada Pasien Covid-19

"Berat, berat banget kondisinya buat kami. Akhirnya ada yang mencoba dengan metode video call, tapi mohon maaf tidak semua dokter mau melakukan hal tersebut. Saya mengerti banyak pemeriksaan yang harus melihat pasien karena kan harus dicek langsung," ujar Monik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI