Orang Indonesia Masih Percaya Kunci Sukses Adalah Kerja Keras, Padahal...

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 25 Juni 2020 | 06:35 WIB
Orang Indonesia Masih Percaya Kunci Sukses Adalah Kerja Keras, Padahal...
Ilustrasi sukses [Pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa intervensi growth mindset di sekolah tidak selalu menghasilkan capaian akademis yang lebih baik. Implementasi intervensi growth mindset di negara berkembang, misalnya di Argentina, juga cenderung lebih menantang dan tidak selalu berhasil memotivasi siswa untuk berusaha lebih keras.

Lebih lanjut, berdasarkan konsep psikologi self-serving bias, manusia cenderung mengaitkan kesuksesan dengan faktor internal diri, sedangkan kegagalan terjadi karena faktor eksternal.

Penelitian di negara-negara Eropa pada 2016 menemukan bahwa socially mobile people- mereka yang mengalami perbaikan status ekonomi - cenderung memiliki pandangan ini untuk memaknai kesuksesannya.

Mengapa ini berbahaya?

Baca Juga: Kepatuhan: Kunci Sukses Menuju New Normal

Meskipun mungkin dapat memotivasi individu, anggapan bahwa sukses hanya butuh kerja keras berbahaya dalam mendorong mobilitas sosial.

Daniel Markovits, profesor hukum di Yale University, AS, mengatakan bahwa pandangan ini berperan dalam menimbulkan ketimpangan.

Dalam pandangan ini, masyarakat mengasumsikan ketimpangan sebagai buah dari perbedaan kerja keras yang dilakukan tiap-tiap individu; dan yang dibutuhkan untuk keluar dari kemiskinan adalah bekerja lebih keras lagi.

Kesediaan untuk “membolehkan” adanya ketimpangan membuat penyediaan kesempatan secara lebih merata menjadi lebih sulit dilakukan.

Ini terjadi karena minimnya tuntutan masyarakat pada pemerintah terhadap kebijakan yang lebih adil.

Baca Juga: Ideologi Komunis Diklaim Jadi Kunci Sukses Vietnam Perangi Pandemi Corona

Bahkan, kelompok pro meritokrasi cenderung menentang kebijakan pemberdayaan untuk kelompok rentan, seperti penerapan kuota khusus untuk kelompok rentan ekonomi dan ras minoritas dalam perusahaan atau di universitas. Ini terjadi khususnya jika kelompok pro meritrokrasi itu beranggapan bahwa tidak ada diskriminasi yang terjadi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI