Sementara dalam penelitian terbaru ini, sebanyak 89 persen warga di Amerika Serikat sebagai sayap kiri menyebut perubahan iklim masalah serius, dibanding 18 persen dari mereka yang mengidentifikasi diri sebagai sayap kanan.
Para ilmuwan juga menemukan kesenjangan serupa di Swedia. Hasil tersebut mengejutkan para ahli karena Swedia secara luas dianggap sebagai salah satu negara paling maju di dunia. Para ilmuwan pun memutuskan bertanya pada Martin Hultman, peneliti dalam denialisme iklim di Universitas Chalmers di Gothenburg.
"Angka-angka ini tidak mengejutkan saya. Sejak tahun 2010, kepemimpinan partai politik sayap kanan Demokrat Swedia telah menentang semua jenis kebijakan untuk mengatasi perubahan iklim, termasuk Perjanjian Paris," tulis Hultman melalui email, seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (24/6/2020).
Sedangkan untuk penyebaran informasi mengenai berita ilim, sebanyak 35 persen responsen mengatakan paling memperhatikan berita iklim di televisi. Situs berita online adalah sumber berita terpopuler kedua dengan persentase 15 persen, diikuti outlet khusus yang membahas masalah iklim sebanyak 13 persen, dan sumber alternatif seperti media sosial dan blog sebanyak 9 persen.
Baca Juga: Perubahan Iklim Sebabkan Kiamat Serangga?
Preferensi tersebut sejalan dengan responden dari Inggris, Amerika Serikat, dan Australia, di mana surat kabar dan radio hanya 5 persen sebagai sumber yang diperhatikan tentang iklim.
Di Chili, sebanyak 24 persen responden memperhatikan outlet-outlet khusus yang mencakup isu-isu iklim, 17 persen media sosial, dan 26 persen televisi.
Perbedaan dalam konsumsi berita iklim juga terlihat di antara kelompok umur yang berbeda. Generasi yang lebih muda yang disebut Generasi Z berusia 18-24 tahun lebih cenderung memperhatikan sumber-sumber alternatif tentang perubahan iklim dengan jumlah persentase 17 persen, televisi 23 persen, dan situs berita online 16 persen.
Namun, orang yang lebih tua sebanyak 42 persen mengandalkan televisi, 12 persen menggunakan situs berita daring, dan 5 persen media sosial.
Setengah dari responden yang mengikuti survey (47 persen) berpendapat bahwa media berita umumnya melakukan pekerjaan yang baik untuk memberi tahu masyarakat tentang perubahan iklim dan sebanyak 19 persen berpikir bahwa media berita melakukan pekerjaan yang buruk.
Baca Juga: Ilmuwan: Lockdown Kurangi Polusi Tapi Berdampak Kecil pada Perubahan Iklim
Namun, sebanyak 46 persen responden yang memiliki tingkat kepedulian rendah jauh lebih cenderung mengatakan bahwa media berita melakukan pekerjaan yang buruk. Ini mungkin menunjukkan kurangnya kepercayaan pada liputan perubahan illim atau hilangnya kepercayaan yang lebih umum terhadap media berita.