Satu Perlima Dasar Samudera Berhasil Dipetakan, Perlu Kerja Sama Global

BBC Suara.Com
Rabu, 24 Juni 2020 | 08:05 WIB
Satu Perlima Dasar Samudera Berhasil Dipetakan, Perlu Kerja Sama Global
[BBC].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Satu perlima luas dasar samudera telah berhasil dipetakan. Pencapaian ini diklaim tim di balik proyek pembuatan peta dasar laut, yang sejak 2017 bergabung dalam Nippon Foundation-GEBCO Seabed 2030 Project.

GEBCO adalah organisasi lintas pemerintahan. Mereka memiliki mandat untuk memetakan seluruh dasar samudera.

Saat proyek itu diluncurkan, survei yang pernah dilakukan baru mencakup 6% dari total dasar samudera. Hasil pemetaan tersebut selama ini menjadi standar modern.

Persentase itu kini sudah mencapai 19%.

Baca Juga: Harga Emas Melejit ke Level Tertinggi Sejak 2012

Data dasar samudera yang berhasil dikumpulkan dalam proyek GEBCO itu mencapai 14,5 juta meter persegi hingga tahun 2019. Luas itu setara hampir dua kali wilayah Australia.

Bagaimanapun, saat ini masih terdapat dasar samudera yang begitu luas untuk dipetakan.

"Kami sekarang mencapai 19%, artinya ada sisa 81% dasar samudera yang masih harus disurvei dan dipetakan," kata Jamie McMichael-Phillips, pimpinan proyek GEBCO, kepada BBC News.

"Ada luas setara dua kali luas Mars yang harus kami kerjakan dalam beberapa tahun ke depan," ujarnya.

Peta yang di bagian paling atas artikel ini menunjukkan tantangan yang harus diatasi GEBCO ke depan. Area berwarna hitam merupakan wilayah yang belum disurvei melalui metode pantulan gema suara.

Baca Juga: Best 5 Oto: Dua Brand Mobil Perbaiki Fuel Pump, Sportsmanship Alex Zanardi

Sementara itu, area berwarna biru menunjukkan kedalaman sebuah dasar samudera. Semakin dalam, warnanya menjadi ungu. Jika semakin dangkal, warnanya biru muda.

Adapun, tak benar menyebut kita tak mengetahui apapun tentang wilayah berwarna hitam. Gambar satelit memberi banyak informasi terkait area tersebut.

Pesawat ulang alik tertentu memiliki alat pengukur yang mampu memprediksi topografi dasar samudera. Alat itu melihat bagaimana gravitasi dasar samudera mengukir permukaan air di atasnya.

Meski begitu, metode itu hanya menghasilkan citra dengan resolusi terbaik sejauh satu kilometer. Adapun, tim di balik GEBCO Seabed 2030 berhasrat mendapatkan resolusi setidaknya sejauh 100 meter.

Peta dasar samudera dibutuhkan untuk beragam urusan. Dokumen itu penting untuk navigasi serta proyek pipa dan kabel bawah laut.

Peta ini juga vital untuk pengelolaan industri perikanan serta konservasi sumber daya laut itu. Salah satu alasannya, kehidupan liar berkumpul di sekitar gunung bawah laut.

Topografi dasar samudera juga mempengaruhi gelombang laut serta percampuran masa air.

Informasi dasar samudera dibutuhkan pula untuk mengembangkan metode perkiraan perubahan iklim pada masa depan. Lautan berperan besar dalam memindahkan gelombang panas ke seluruh penjuru bumi.

Jika Anda ingin mengetahui secara persis bagaimana permukaan air laut akan meningkat di berbagai wilayah, peta dasar samudera yang mumpuni merupakan kuncinya.

Berbagai data yang didapatkan proyek GEBCO sebenarnya sudah pernah ditemukan sebelumnya. Namun data itu 'berada di lemari penyimpanan' dan tidak untuk keperluan publik.

Perusahaan dan lembaga pemerintahan yang memegang informasi tersebut kini telah menyerahkannya kepada publik. Diperkirakan terdapat banyak data tersembunyi lainnya yang dapat dirilis untuk masyarakat.

Namun pendekatan baru dalam pengambilan data dasar samudera dibutuhkan. Beberapa di antaranya butuh upaya kolektif, dari berbagai kapal, baik berukuran besar maupun kecil, yang secara rutin mengoperasikan alat gema suara saat mengitari bumi.

Bahkan kapal-kapal kecil seperti kapal ikan dan kapal pesiar bisa berperan dalam mengambil data dasar samudera ke peralatan navigasi mereka.

Salah satu strategi yang sangat efektif dilakukan kelompok British Antarctic Survei (BAS), yang berlayar ke banyak wilayah terpencil. Mereka menggabungkan rute-rute yang pernah dilintasi kapal lainnya.

"Kami dalam tahap awal mengadopsi cara itu, bahwa data semestinya dikumpulkan per bagian, ke arah ke mana kapal itu berlayar, bukan hanya titik di yang dicari," ujar Rob Larter, ilmuwan di BAS.

"Salah satu contoh terbaik adalah peta kedalaman laut di area Drake Passage (antara Amerika Selatan dan Antartika). Banyak data dalam peta itu didapatkan melalui proyek penelitian berbeda karena para peneliti menyebar dan kembali ke titik awal," kata Larter.

Bagaimanapun, teknologi baru sangat vital untuk menunjang target proyek GEBCO.

Ocean Infinity, sebuah perusahaan gabungan Amerika Serikat dan Inggris yang terkenal karena proyek survei dasar samudera mereka, kini tengah mengembangkan kapal robot bernama Armada.

Pimpinan proyek itu, Dan Hook, menyebut kendaraan tanpa awak yang rendah biaya itu adalah satu-satunya media untuk menuntaskan target pemetaan dasar samudera tahun 2030.

"Jika Anda melihat peta dasar samudera yang dekat pantai, Anda bisa secara kilat melihat usaha yang telah dibangun di dalamnya. Baik ladang angin maupun kabel bawah laut. Banyak orang ingin tahu apa yang ada di bawah sana."

"Tapi untuk mengetahui dasar samudera di wilayah terpencil bumi, kita sangat bergantung pada upaya ilmiah," kata Hook.

Jamie McMichael-Phillips yakin target proyeknya bisa tercapai jika seluruh pihak dalam sektor ini bekerja sama.

"Saya percaya diri, tapi kami buruh kerja sama. Kami butuh pemerintahan, pelaku industri, ilmuwan, dermawan, dan pelaku sains dari kalangan masyarakat awam," ujarnya.

"Kami butuh setiap orang bersatu jika kita ingin mendapatkan peta samudera yang fital untuk kebutuhan umat manusia," kata McMichael-Phillips.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI