Namun pendekatan baru dalam pengambilan data dasar samudera dibutuhkan. Beberapa di antaranya butuh upaya kolektif, dari berbagai kapal, baik berukuran besar maupun kecil, yang secara rutin mengoperasikan alat gema suara saat mengitari bumi.
Bahkan kapal-kapal kecil seperti kapal ikan dan kapal pesiar bisa berperan dalam mengambil data dasar samudera ke peralatan navigasi mereka.
Salah satu strategi yang sangat efektif dilakukan kelompok British Antarctic Survei (BAS), yang berlayar ke banyak wilayah terpencil. Mereka menggabungkan rute-rute yang pernah dilintasi kapal lainnya.
"Kami dalam tahap awal mengadopsi cara itu, bahwa data semestinya dikumpulkan per bagian, ke arah ke mana kapal itu berlayar, bukan hanya titik di yang dicari," ujar Rob Larter, ilmuwan di BAS.
Baca Juga: Harga Emas Melejit ke Level Tertinggi Sejak 2012
"Salah satu contoh terbaik adalah peta kedalaman laut di area Drake Passage (antara Amerika Selatan dan Antartika). Banyak data dalam peta itu didapatkan melalui proyek penelitian berbeda karena para peneliti menyebar dan kembali ke titik awal," kata Larter.
Bagaimanapun, teknologi baru sangat vital untuk menunjang target proyek GEBCO.
Ocean Infinity, sebuah perusahaan gabungan Amerika Serikat dan Inggris yang terkenal karena proyek survei dasar samudera mereka, kini tengah mengembangkan kapal robot bernama Armada.
Pimpinan proyek itu, Dan Hook, menyebut kendaraan tanpa awak yang rendah biaya itu adalah satu-satunya media untuk menuntaskan target pemetaan dasar samudera tahun 2030.
"Jika Anda melihat peta dasar samudera yang dekat pantai, Anda bisa secara kilat melihat usaha yang telah dibangun di dalamnya. Baik ladang angin maupun kabel bawah laut. Banyak orang ingin tahu apa yang ada di bawah sana."
Baca Juga: Best 5 Oto: Dua Brand Mobil Perbaiki Fuel Pump, Sportsmanship Alex Zanardi
"Tapi untuk mengetahui dasar samudera di wilayah terpencil bumi, kita sangat bergantung pada upaya ilmiah," kata Hook.