Suara.com - Penelitian sebelumnya mengungkap bahwa virus Corona (Covid-19) mempengaruhi orang dengan diabetes tipe 1 dan 2. Tetapi awal bulan ini diumumkan dalam New England Journal of Medicine (NEJM) bahwa Covid-19 justru mungkin dapat menyebabkan diabetes berkembang, pada pasien yang sebelumnya sehat atau tidak memiliki diabetes sebelumnya.
Jika terbukti sebagai akibat langsung Covid-19, ini bukan pertama kalinya penyakit akibat virus dikaitkan dengan timbulnya diabetes pada pasien yang pulih.
Diabetes merupakan penyakit kronis yang berlangsung jangka panjang dan ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah atau glukosa.
Diabetes tipe 1 adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya glukosa dalam darah. Sementara diabetes tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin atau karena sel tubuh menjadi kebal atau tidak responsif terhadap insulin.
Baca Juga: Nintendo Ungkap Dampak Covid-19 dalam Pengembangan Game
Telah diketahui sebelumnya bahwa infeksi virus dapat memicu timbulnya diabetes baru karena penyakit tersebut menghancurkan sel pulau pankreas atau pulau Langerhans. Fenomena ini telah terlihat pada pasien dengan infeksi gondok dan enterovirus.
Selama wabah SARS 2002-2004 yang diakibatkan jenis virus Corona lain, ada sejumlah infeksi pada pasien SARS yang sebelumnya tidak memiliki riwayat diabetes, kemudian ditemukan memiliki diabetes akut.
Sebagian besar kasus diabetes baru timbul diselesaikan dalam beberapa tahun, tetapi sebanyak 10 persen pasien yang terkena, diabetes terbukti bersifat permanen.
Para penulis laporan NEJM hanya mengutip satu studi kasus di mana virus Covid-19, mengakibatkan seorang lelaki muda menderita diabetes setelah tertular penyakit tersebut.
Pasien menderita diabetes parah setelah sakit yang menyebabkan ketoasidosis, yang disebabkan oleh gula darah yang sangat tinggi. Gejala ketoasidosis mencakup mual, sakit kepala, kebingungan, sesak napas, dan kehilangan kesadaran.
Baca Juga: Dampak Covid-19, Penebangan Hutan di Amazon Semakin Tinggi
SARS dan Covid-19 berbagi protein lonjakan (spike) khas yang memungkinkan virus untuk menempel pada sel, terutama yang berada di paru-paru, sel ginjal, dan pulau pankreas.
Disebutkan bahwa virus Corona dapat menyebabkan diabetes dengan menganggu fungsi sel normal ketika virus menempel pada sel-sel di pankreas. Ini bisa secara langsung menghambat pemeliharaan glukosa darah atau memicu respon imun karena invasi membuat daerah menjadi meradang dan menyebabkan tubuh menyerang sel-selnya sendiri.
Sebagai penyakit luas yang berpotensi menjadi penyakit musiman seperti influenza, memahami potensi komplikasi Covid-19 sangat penting untuk memastikan pengobatan yang efektif bagi pasien terinfeksi di masa depan dan terapi bagi pasien yang sudah pulih.
Karenanya, penting untuk melanjutkan penelitian tentang komplikasi potensial seperti diabetes, tetapi para ahli memperingatkan untuk lebih berhati-hati agar tidak melakukan generalisasi menyeluruh sebelum data yang memadai diperoleh untuk mendapatkan hubungan sebab akibat yang kuat.
"Belum ada data yang kuat untuk menunjukkan bahwa Covid-19 bisa menyebabkan diabetes baru atau memperburuk diabetes yang ada. Namun, beberapa data menunjukkan mungkin ada hubungan yang mungkin, sehingga para ilmuwan mencari cara untuk mengeksplorasi ini lebih lanjut," ucap Dr Riyaz Patel, Associate Professor Cardiology & Consultant Cardiologist, UCLH, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Dilansir dari IFL Science, Selasa (23/6/2020), Dr Riyaz Patel menyarankan kepada para ilmuwan untuk mempelajari hal ini secara lebih rinci dengan mengumpulkan data pada skala internasional. Jika ada hubungan langsung, maka itu akan memiliki implikasi penting bagaimana tenaga medis memperlakukan pasien Covid-19 selama dan setelah penyakit akut.
Data tentang contoh baru diabetes pada pasien Covid-19 saat ini terbatas, tetapi penulis NEJM telah membuat daftar untuk memfasilitasi pengambilan data lebih lanjut dan penelitian kasus diabetes terkait Covid-19.
Jika hubungan dikonfirmasi antara Covid-19 dan diabetes, ini akan menjadi bidang penelitian penting dalam mengembangkan perawatan. Pasalnya, komplikasi yang kompleks dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup di masa depan bagi banyak pasien Covid-19 yang pulih.