Suara.com - Lingkaran Arktik tengah berada di tengah gelombang panas dengan rekor suhu tercatat 38 derajat celcius. Badan meterolog memperingatkan, catatan suhu tersebut 18 derajat celcius lebih panas dari biasanya sepanjang tahun ini.
Kota Siberia kecil Verkhoyansk mengalami suhu siang hari yang tinggi, yang menjadi rekor di dalam Lingkaran Arktik. Biasanya, kota tersebut memiliki suhu tertinggi selama musim panas sekitar 20 derajat celcius.
Sebelumnya, para ilmuwan mengatakan bahwa suhu panas ini tidak akan terlihat dalam Lingkaran Arktik hingga 2100. Tapi, lonjakan ini disebabkan oleh kombinasi pola cuaca alami dan perubahan iklim akibat ulah manusia.
"Kemungkinan suhu terpanas yang pernah tercatat di Arktik terjadi hari ini. Apa yang terjadi di Siberia tahun ini sungguh luar biasa. Untuk perspektif, Miami hanya mencapai 100F (38C) sebanyak satu kali," tulis ahli cuaca CBS, Jeff Beradelli melalui akun Twitternya dilansir dari Metro.co.uk, Selasa (23/6/2020).
Baca Juga: Efek Pemanasan Global? Es Antartika dan Greenland Terus Meleleh
Siberia Barat rata-rata 10 derajat celcius lebih panas pada Mei ini daripada biasanya. Pada 23 Mei, kota Siberia, Khatanga, mencatat rekor tertinggi 25 derajat celcius. Rekor sebelumnya untuk kota ini hanya 11 derajat celcius. Sementara merkuri di Nizhnyaya Pesha, di ujung utara Rusia, mencapai 30 derajat celcius pada awal Juni.
Lingkaran Arktik terjadi pencairan volume es 50 persen selama empat dekade terakhir. Artinya, lebih banyak permukaan bumi ditutupi oleh lautan daripada es ringan, yang berarti lebih banyak panas diserap.
Periode 12 bulan terakhir cocok dengan rekor terpanas dan mendekati 0,7 derajat celcius lebih hangat dari rata-rata, kata Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) UE.
Menurut Copernicus Atmosphere Monitoring Service, musim panas lalu, Siberia mengalami kebakaran hebat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kondisi lebih hangat dan lebih kering sehingga api bertahan cukup lama.
Pada April lalu, sebuah laporan dari Organisasi Meteorologi Dunia PBB mengkonfirmasi bahwa lima tahun terakhir telah menjadi rekor terpanas di dunia.
Baca Juga: Akibat Pemanasan Global, Negara Kepulauan Terancam Tenggelam?
Laporan keadaan iklim periode 2015-2019 menemukan bahwa kenaikan permukaan laut semakin cepat. Es laut Arktik, gletser, dan lapisan es terus menurun, telah terjadi penurunan tiba-tiba di es laut Antartika, dan lebih banyak panas yang terperangkap di lautan, membahayakan kehidupan di sana, sementara gelombang panas dan kebakaran hutan menjadi risiko yang semakin besar.
Temuan ini didasarkan pada analisis yang dihasilkan komputer menggunakan miliaran pengukuran dari satelit, kapal, pesawat dan stasiun cuaca di seluruh dunia, kata C3S.