Sanggahan Ilmuwan: Kelelawar Mungkin Bukan Penyebar COVID-19

BBC Suara.Com
Selasa, 23 Juni 2020 | 06:10 WIB
Sanggahan Ilmuwan: Kelelawar Mungkin Bukan Penyebar COVID-19
[BBC].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dengan menargetkan dan mengusir kelelawar, maka jumlah penyakit juga berpotensi meningkat.

Bagaimana kelelawar menguntungkan manusia?

"Jika pakaian Anda terbuat dari katun, jika Anda meminum kopi atau teh, atau jika Anda makan makanan yang berasal dari jagung, atau satu makanan yang berasal dari peternakan, maka Anda telah bersentuhan dengan kelelawar setiap harinya," kata Dr Webela.

Kelelawar menyediakan jasa ekosistem yang vital, seperti sebagai polinator (pembawa serbuk sari ke putik), penyebar biji, dan pengendali hama. Semua hal, dari makanan sampai kosmetik, furnitur, dan obat-obatan, membutuhkan jasa kelelawar.

Baca Juga: #GerakanOtomotifNasional oleh Tokopedia dan Kemenperin RI

Tanpa kelelawar, Indonesia tidak akan panen durian dengan sukses, Madagaskar akan kehilangan pohon ikonik baobab, dan perkebunan makadamia akan rusak.

"Kelelawar menyebarkan jumlah biji lebih dari dua kali lipat lebih banyak dari burung," kata Dr Webela, "sehingga memungkinkan alur gen dan reforestasi yang vital bagi hutan-hutan yang telah terfragmentasi di wilayah tropis."

Menurut beberapa studi, di Amerika Serikat saja, kelelawar membantu petani berhemat pestisida dan mengurangi kerusakan panen bernilai miliaran dolar setiap tahunnya.

Apa lagi yang membuat kelelawar begitu spesial?

"Kelelawar ternyata adalah binatang yang sukses: mereka ditemukan di semua benua kecuali Antartika," kata Tanshi. "Sebagai periset kelelawar, saya telah menjelajah gua-gua, hutan, pegunungan, dan sabana."

Baca Juga: Buka Kembali, Museo Storico Alfa Romeo Pilih Hari Bersejarah Ini

Kelelawar berhasil dalam adaptasi evolusi, tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI