Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan memperbarui pedoman klinisnya untuk virus Corona (Covid-19), setelah pengumuman hasil percobaan steroid dexamethasone dari University of Oxford.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut temuan itu sebagai "berita yang sangat disambut baik", tetapi menekankan bahwa obat itu hanya boleh digunakan dalam kasus yang parah di bawah pengawasan medis yang ketat.
"Kami akan memperbarui panduan klinis kami untuk mencerminkan bagaimana dan kapan dexamethasone harus digunakan," ucap Tedros, seperti dikutip dari NBC News, Kamis (18/6/2020).
Para ilmuwan Oxford mengatakan bahwa dexamethasone dapat mengurangi jumlah kematian pada pasien Covid-19 yang parah, seperti yang menggunakan ventilator atau oksigen.
Baca Juga: Temukan Deksametason Obat Covid-19, WHO Ucapkan Selamat ke Inggris
"Para ilmuwan berbagi wawasan awal tentang hasil uji coba dengan WHO dan kami berharap untuk mendapatkan analisis data lengkap dalam beberapa hari mendatang," tambah Tedros.
Rumah sakit juga akan mendapatkan data dari uji klinis lain tentang dexamethasone untuk lebih memahami obat.
Dalam konferensi pers pada Rabu (17/6/2020), para pejabat WHO menggarisbawahi bahwa penggunaan obat dexamethasone tidak boleh digunakan untuk pencegahan.
"Dexamethasone terbukti tidak memberikan efek menguntungkan bagi pasien dengan penyakit Covid-19 ringan, yang tidak membutuhkan dukungan pernapasan. Kami membutuhkan lebih banyak terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi Covid-19, termasuk yang memiliki gejala yang lebih ringan," kata Tedros.
Dr Mike Ryan, Direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO pun angkat bicara tentang penggunaan dexamethasone untuk pasien Covid-19.
Baca Juga: WHO Meminta Wabah Covid-19 di Beijing Ditangani secara Sistematis
"Sangat penting bahwa obat ini digunakan di bawah pengawasan medis. Ini bukan obat untuk kasus-kasus ringan. Ini bukan untuk profilaksis (mencegah)," ucap Dr Mike Ryan.