Corona-App Jerman dikembangkan oleh perusahaan software terkemuka SAP bersama dengan lembaga penelitian dan pengendalian pandemi, Robert Koch Institut (RKI). Direktur SAP Jürgen Müller mengatakan, pelacakan kontak oleh aplikasi 80 persen benar, tetapi dalam 20 persen kasus ada kemungkinan kesalahan. Artinya, ada kontak berisiko yang tidak termonitor, atau sebaliknya kontak tanpa risiko yang dinyatakan berisiko.
"Langkah besar dalam perjuangan menghadapi pandemi"
Kepala Staf Kekanseliran Helge Braun mengatakan, ada banyak aplikasi pelacakan Corona yang sudah diluncurkan, tapi aplikasi Jerman menurut dia adalah "yang terbaik di dunia", dalam hal privasi dan perlindungan data.
Dia berharap masyarakat ramai-ramai mengunduh dan menggunakan aplikasi itu.
Baca Juga: Hukum Bobrok, Novel Baswedan: Kecuali Presiden Perhatian
"Mengunduh dan menggunakannya adalah langkah kecil bagi masing-masing kita, tetapi merupakan langkah besar dalam perjuangan melawan pandemi," kata Helge Braun.
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn menolak kritik bahwa peluncuran Corona-App itu terlalu terlambat.
"Banyak pekerjaan harus dilakukan untuk itu, itulah sebabnya butuh beberapa hari lebih lama," kata Jens Spahn kepada televisi Jerman, ZDF.
Jerman mengikuti negara-negara Eropa lain seperti Italia, Polandia dan Swiss, yang telah meluncurkan aplikasi Corona berbasis teknologi Bluetooth. Sebuah studi dari Oxford University menyebutkan, aplikasi Corona baru akan efektif jika digunakan oleh lebih 60 persen warga. hp/vlz (dpa, rtr)
Baca Juga: Desain Sporty, Nissan Livina Sporty Package Cuma Ada 100 Unit