Senjata Busur dan Panah Tertua Ditemukan di Sri Langka

Sabtu, 13 Juni 2020 | 10:35 WIB
Senjata Busur dan Panah Tertua Ditemukan di Sri Langka
Ilustrasi panah. (Unsplash/Vince Fleming)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan menemukan 130 panah yang berasal dari 48.000 tahun yang lalu. Ditemukan di Gua Fa-Hien Lena di Sri Langka, proyektil tulang ini merupakan senjata tertua dari jenisnya yang ditemukan di luar Afrika dan disertai penemuan alat-alat lain yang mungkin digunakan untuk membuat pakaian.

Gua Fa-Hien Lena merupakan semacam harta karun antropologis. Setelah menganalisis beberapa peninggalan yang ditemukan di sini, tim ilmuwan telah menentukan bahwa penghuni purba ini mungkin berburu permainan menggunakan busur dan anak panah, dengan panah yang sebagian besar terbuat dari tulang monyet.

Sebanyak 130 proyektil memiliki tampilan yang penyok, goresan, dan tanda dampak lainnya akibat kerusakan selama perburuan. Samakin panjang panah, itu menunjukkan bahwa panah digunakan untuk berburu binatang yang lebih besar, seperti babi dan rusa.

Sebelum penemuan ini, bukti paling awal untuk senjata proyektil berkecepatan tinggi di Asia Selatan berasal dari Sarawak, tempat panah yang diperkirakan berumur sekitar 32.000 tahun telah ditemukan.

Baca Juga: Peneliti LIPI Temukan Spesies Katak Mini Baru di Sumatera Bagian Selatan

Para penulis penelitian baru ini menjelaskan bahwa proyektil yang ditemukan di Fa-Hien Lena sangat mirip dengan artefak muda ini, dengan perbedaan utama tertelak pada penggunaan tulang, di mana panah di Sarawak terbuat dari tulang mamalia yang lebih besar.

Dilansir dari IFL Science pada Sabtu (13/6/2020), para ilmuwan juga menggambarkan penemuan berbagai alat yang pernah digunakan untuk membuat kulit binatang dan serat tumbuhan untuk membuat pakaian. Mengingat suhu hangat di hutan tropis, tidak mungkin manusia purba yang tinggal di daerah itu perlu memakai pakaian dari kulit agar tetap hangat, sehingga ilmuwan berhipotesis bahwa mereka mungkin menutupi diri dengan kulit sebagai bentuk perlindungan terhadap serangga pembawa penyakit.

Barang-barang lain yang ditemukan di Fa-Hien Lena juga mencakup manik-manik dekoratif dan kerang laut, yang kemungkinan telah diperdagangkan sebagai bentuk mata uang. Penemuan artefak laut sangat menarik karena ini menunjukkan jaringan perdagangan yang mapan, yang mengubungkan penghuni hutan daratan dengan populasi pesisir.

Berbagai peninggalan yang ditemukan di Fa-Hien Lena melukiskan gambaran terperinci tentang kecanggihan teknologi dan sosial manusia purba paling awal untuk mendiami hutan-hutan Asia Selatan dan mengungkapkan cara mereka dapat bertahan hidup serta berkembang dalam lingkungan alam.

Baca Juga: NASA Undur Peluncuran Robot Baru Penjelajah Mars

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI