Dari penduduk yang terinfeksi tersebut kemungkinan yang akan meninggal dengan CFR 5,7% adalah 9,1 juta hingga 12,2 juta penduduk. Namun untuk mencapai herd immunity itu belum ada prediksi berapa lama waktu yang diperlukan.
Memang angka tersebut hanya prediksi dari suatu teori herd immunity, tapi tetap saja sangat mengkhawatirkan. Apalagi kasus COVID-19 di Indonesia semakin meningkat dengan tingkat kematian yang cukup tinggi. Sampai hari ini belum ada tanda-tanda ada penurunan signifikan kasus harian.
Herd Immunity karena vaksinasi
Herd Immunity dalam konotasi yang positif adalah terlindunginya sebagian besar individu dalam kelompok tersebut (menjadi kebal) terhadap penyakit infeksi yang disebabkan karena intervensi program imunisasi nasional.
Baca Juga: Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Tegaskan Indonesia Tidak Pilih Herd Immunity
Secara tidak langsung individu yang belum mendapat imunisasi akan terlindungi dari penyakit infeksi.
Beberapa dampak herd immunity karena adanya program imunisasi massal, misalnya terjadi pada penyakit cacar (smallpox) yang ditemukan pada wabah cacar abad ke-4 di Cina dan baru pada 1977 jarang ditemukan.. Lebih dari 15 abad penyakit ini bertahan hingga ditemukan vaksinnya.
Begitu pula dengan penyakit polio yang ditemukan saat wabah polio pertama kali pada 1894 di Amerika dan baru pada satu abad kemudian (1994) mulai jarang ditemukan di dunia.
Kemudian, penyakit pertusis yang pertama kali wabah pada 1578 di Paris dan berkurang setelah tahun 1933. Artinya butuh ratusan tahun untuk benar-benar menghanguskan virus.
Di Indonesia, penyakit cacar baru habis pada 1980 dan polio pada 2014.
Baca Juga: PAPDI Sebut Herd Immunity Bisa Sebabkan Kematian Massal di Indonesia
Bagaimana terjadi herd immunity tanpa vaksinasi?