Suara.com - Facebook telah menghapus hampir 200 akun yang berhubungan dengan kelompok supremasi kulit putih, yang berusaha menggalang para pendukung untuk menghadiri protes atas kekerasan polisi terhadap orang kulit hitam.
Dikutip The Verge dari Associated Press, Senin (8/6/2020), akun tersebut terkait dengan dua kelompok kebencian yang telah dilarang oleh Facebook, yaitu Proud Boys dan the American Guard.
Facebook telah memantau akun dan mulai melihat unggahan yang mendorong orang untuk menghadiri protes secara langsung dan bergerak dengan membawa senjata. Perusahaan tidak memberikan detail tentang di mana pengguna akun berada atau apa yang secara khusus mereka rencanakan.
Pekan lalu Facebook mengatakan, akan membatasi penyebaran grup dan halaman pada platformnya yang terhubung dengan istilah "boogaloo", yang digunakan beberapa kelompok sayap kanan untuk merujuk pada Perang Sipil Amerika kedua yang diperkirakan akan terjadi. Facebook akan menghapus halaman dan grup dari hasil pencarian dan tidak akan merekomendasikannya kepada pengguna lain.
Baca Juga: Lagi Kesal, Bocah Ini Pasang Tulisan Bikin Jleb di Pintu Kamarnya
Di sisi lain, Facebook juga menerbitkan rekomendasi baru untuk admin grup dalam upaya membantu mereka memfasilitasi percakapan tentang ras dan ketidaksetaraan.
Grup telah berperan penting untuk memoderasi diskusi tentang gerakan Black Lives Matter dan ketidakadilan di Amerika Serikat. Tetapi beberapa admin dan moderator menghapus postingan pengguna yang dianggap "politis". Keputusan penghapusan itu mendorong anggota untuk meninggalkan grup dan bahkan dapat menimbulkan perdebatan satu sama lain.
Facebook juga menyebut bahwa admin grup harus mengedukasi diri mereka sendiri tentang masalah tersebut.
"Ciptakan peluang bagi anggota baru dan beragam untuk bergabung dengan tim moderasi, mengakui peristiwa terkini dengan unggahan yang menguraikan aturan, dengarkan anggota, dan terbuka untuk berubah di sekitar pos yang diizinkan," tulis Facebook dalam postingannya.
Facebook secara langsung membatasi larangan posting politik yang diikuti banyak kelompok dan merekomendasikan agar para admin grup membuat daftar topik tertentu yang tidak diizinkan.
Baca Juga: Profesor Klaim Hanya 10 Persen Pasien Covid-19 Bisa Kembangkan Antibodi