Profesor Klaim Hanya 10 Persen Pasien Covid-19 Bisa Kembangkan Antibodi

Dythia Novianty Suara.Com
Senin, 08 Juni 2020 | 12:10 WIB
Profesor Klaim Hanya 10 Persen Pasien Covid-19 Bisa Kembangkan Antibodi
Ilustrasi tes antibodi. [Greg Baker/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Profesor Sikora mengatakan, sistem kekebalan tubuh sangat canggih dan ada banyak sekali hal yang bisa dikenali tentang cara kerjanya, terutama sebagai tanggapan terhadap virus corona.

"Ada yang kita sebut 'materi gelap imunologis'. Kami tidak memahaminya, tapi itu pasti melindungi kami. Ini mungkin salah satu perlindungan terhadap virus," katanya.

Antibodi, yang menempel pada virus corona dan menandainya untuk menghancurkan sel-sel kekebalan lainnya adalah bagian dari sistem kekebalan adaptif.

Respon imun adaptif jauh lebih lambat untuk merespon ancaman dan infeksi daripada 'respon imun bawaan', yang siap untuk berjuang setiap saat.

Baca Juga: Dikomplain, Ulasan di Aplikasi Pengontrol Anak Ini Malah Bikin Ngakak

Sistem kekebalan bawaan adalah respons langsung terhadap virus atau 'garis pertahanan pertama'. Ini termasuk beberapa sel T, yang keduanya membunuh virus secara langsung dan merangsang sel-sel kekebalan lain untuk bergabung.

Profesor Sikora mengatakan ada petunjuk bahwa orang tua menghasilkan antibodi lebih sering daripada mereka yang berusia di bawah 30 tahun, dan mereka yang sakit parah.

Ilustrasi virus corona. [Shutterstock]
Ilustrasi virus corona. [Shutterstock]

Tapi selain itu, tidak ada yang mengidentifikasi mereka. Juga tidak ada karakteristik ras. Ini cukup misteri.

"Apa yang Anda butuhkan adalah ujian untuk mengidentifikasi mereka yang tidak perlu Anda khawatirkan. Masalahnya adalah mengembangkan tes yang sangat spesifik, dan kami tidak tahu harus mengukur apa," bebernya.

Komentarnya mengikuti penelitian yang menunjukkan kebanyakan orang yang pulih dari novel virus corona menghasilkan respons antibodi yang lemah terhadap SARS-CoV-2.

Baca Juga: Kabar Gembira, Vaksin Virus Corona Berbentuk Inhaler Akan Siap Agustus

Para peneliti dari Universitas Rockefeller di New York City melihat sampel plasma darah dari 149 pasien yang pulih. Mereka tidak menggunakan tes antibodi.

Mereka menemukan bahwa sistem kekebalan setiap pasien tampaknya mampu menghasilkan jenis antibodi yang menetralkan dan menonaktifkan virus, hanya saja tidak cukup dari mereka.

Faktanya, efek penetralan tidak terdeteksi pada 33 persen donor. Para peneliti mengatakan, ini mungkin karena sistem kekebalan tubuh mereka membersihkan infeksi sebelum antibodi dapat diproduksi.

Mereka menemukan bahwa efeknya sangat tinggi di antara satu persen pasien, yang disebut 'elit'.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI