Disebut Berpotensi Vaksin Covid-19, Peneliti Khawatir Populasi Belangkas

Jum'at, 05 Juni 2020 | 14:48 WIB
Disebut Berpotensi Vaksin Covid-19, Peneliti Khawatir Populasi Belangkas
Horseshoe Crab. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belangkas atau dalam bahasa Jawa kerap disebut mimi lan mintuno, secara mengejutkan memainkan peran penting dalam kedokteran modern dan dianggap sebagai pemain kunci dalam pengembangan vaksin virus Corona (Covid-19).

Tidak seperti darah yang kaya zat besi di dalam tubuh manusia dan mamalia lain, belangkas atau disebut juga horseshoe crabs (Limulus polyphemus) memiliki darah yang kaya tembaga berwarna biru dan sedingin es.

Alih-alih sel darah putih, darah belangkas diisi dengan sel yang dikenal sebagai amebosit, yang sangat efektif dalam mendeteksi endotoksin bakteri. Bahkan pada level kurang dari satu bagian per triliun, amebosit memicu pembentukan koagulasi, mengubah darah menjadi zat jeli.

Sayangnya, sifat darah pada belangkas ini telah dieksploitasi oleh produsen makanan dan perusahaan farmasi selama beberapa dekade untuk menguji apakah produk yang mereka buat, seperti vaksin, bebas dari kontaminasi bakteri.

Baca Juga: Alasan Mengapa Gerhana Bulan Penumbra 6 Juni Disebut Bulan Stroberi

Populasi liar belangkas telah diburu karena darahnya yang menggiurkan dan itu mendorong para konservasionis untuk meminta perusahaan farmasi memilih alternatif buatan manusia.

Menurut laporan The New York Times, antisipasi permintaan untuk darah belangkas dalam pengembangan vaksin Covid-19 menjadi perdebatan baru-baru ini.

Horseshoe Crab Recovery Coalition (HCRC), yang mencakup National Wildlife Federation, Defenders of Wildlife, dan banyak organisasi konservasi lainnya, baru-baru ini meminta perusahaan farmari untuk beralih ke padanan sintetis yang disebut recombinant Factor C (rFC).

"Sangat disayangkan bahwa penelitian biomedis masih bergantung pada pemanenan populasi hewan liar yang rentan ketika ada pengganti yang sederhana, efektif, dan berkelanjutan yang ada dalam pasokan berlimpah," ucap Ryan Phelan, pendiri dan direktur eksekutif Revive & Restore, seperti dikutip dari IFL Science, Jumat (5/6/2020).

Sementara dampak panen darah pada populasi belangkas liar masih diperdebatkan, Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) menyatakan bahwa spesies ini rentan terhadap kepunahan dan jumlahnya terus menurun. Spesies ini dapat ditemukan di sebagian besar pantai Atlantik Amerika, dari daerah pantai Yucatán Quintana Roo Meksiko hingga pantai Maine dan New Hampshire Amerika.

Baca Juga: Dikira Minuman, Status WhatsApp Pemilik Kos Ini Malah Bikin Ngakak

Ilustrasi vaksin Covid-19. [Shutterstock]
Ilustrasi vaksin Covid-19. [Shutterstock]

Terlepas dari penamaan spesies ini yang disebut horseshoe crab, spesies ini sebenarnya bukan kepiting atau bahkan krustasea, tetapi milik kelompok yang dikenal sebagai Xiphosura yang jarang berubah dalam ratusan juta tahun. Fosil belangkas atau horseshoe crabs paling awal berusia sekitar 450 juta tahun. Dengan kata lain, ini merupakan makhluk purba sekitar 200 juta tahun sebelum dinosaurus.

Spesies ini telah berhasil selamat dari beberapa peristiwa kepunahan, oleh karenanya sangat ironis jika belangkas punah hanya karena ulah manusia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI