Suara.com - Seorang politisi di Jepang mengusulkan membuat undang-undang baru, melarang penggunaan ponsel sambil berjalan.
Usulan ini disampaikan oleh seorang politisi di Yamato, sekitar 25 mil barat daya dari Tokyo, yang mengajukan RUU tersebut. Ia menginginkan agar orang yang menggunakan ponsel sambil berjalan masuk dalam kategori kegiatan ilegal.
RUU itu sendiri sudah diajukan ke parlemen kota pada 1 Juni. Jika disetujui dan disahkan, aturan ini akan berlaku mulai 1 Juli mendatang.
Sebagian pejabat mengatakan bahwa orang tidak mungkin mendapatkan hukuman karena menggunakan ponsel sembari berjalan. Namun, sebagian lainnya menilai bahwa RUU tersebut dirancang untuk menjaga keselamatan pejalan kaki saat menyeberang jalan.
Baca Juga: Innalillahi, Dokter Terinfeksi Covid-19 dan Kulitnya Menghitam Meninggal
Pasalnya, aturan tersebut akan mendorong orang-orang untuk menggunakan ponsel mereka sambil berdiri di tempat yang tidak akan menghalangi pejalan kaki lainnya.
Para pejabat di Yamato mengatakan bahwa meningkatnya penggunaan ponsel mengakibatkan peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas.
Pada 2014, perusahaan telekomunikasi Jepang NTT Docomo menjalankan simulasi komputer tentang apa yang mungkin terjadi, jika 1.500 orang menggunakan penyeberangan pejalan kaki Shibuya yang sibuk di Tokyo di saat orang terpaku pada ponsel mereka.
Hasilnya, sekitar 66 persen orang bersinggungan dengan orang lainnya. Penelitian tersebut juga memperkirakan adanya 446 tabrakan, 103 orang diantaranya jatuh dan 21 lainnya menjatuhkan ponsel mereka.
Sedangkan dalam studi terpisah pada 2020, para peneliti di University of Calgary di Kanada yang diterbitkan dalam jurnal BMJ menyebut bahwa ponsel adalah pengalih perhatian yang menyebabkan orang cedera atau terluka.
Baca Juga: Kena PHK, Puluhan Jurnalis Microsoft Digantikan Kecerdasan Buatan
“Mengingat keberadaan ponsel, media sosial, aplikasi, video digital dan musik streaming yang ada di mana-mana yang telah menyusup ke sebagian besar aspek kehidupan sehari-hari, jalan dan persimpangan jalan raya yang terganggu akan menjadi masalah keselamatan lalu lintas di masa mendatang," ujar penulis utama Dr Sarah Simmons, seperti dilansir dari Independent, Rabu (3/6/2020).