Selain itu juga ditemukan sisa kemenyan, kotoran binatang, dan lemak binatang. Diduga kotoran burung digunakan untuk membakar ganja, sementara lemak yang menghasilkan panas lebih tinggi untuk membakar kemenyan dengan sempurna.
"Agar bisa ngefly kamu butuh suhu yang tepat, dan mereka jelas tahu baik soal ini, karena mereka tahu bahan bakar mana yang tepat untuk setiap bahan," kata Dvory Namdar, pakar kimia dan arkeolog dari pusat riset Volcani, Israel, yang menganalisis sampel dari altar-altar tersebut.
Karena tak ada bukti tanaman ganja pernah tumbuh di kawasan Palestina dan Israel, para arkeologi menduga bahwa ganja dan kemenyan diimpor dari jazirah Arab. Dua produk itu diyakini harganya mahal dan karenanya diimpor dari Arab oleh raja-raja pada masa itu.
Baca Juga: Ilmuwan Teliti Potensi Strain Ganja untuk Lawan Virus Corona Covid-19