Kaspersky: 40 Persen Pengguna Online di Asia Pasifik Alami Kebocoran Data

Sabtu, 30 Mei 2020 | 14:00 WIB
Kaspersky: 40 Persen Pengguna Online di Asia Pasifik Alami Kebocoran Data
Logo perusahaan Kaspersky Lab pada layar sebuah telepon seluler pintar. Sebagai ilustrasi [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perusahaan global keamanan siber Kaspersky dalam laporan Kaspersky Global Privacy Report 2020 mengungkapkan bahwa sebanyak 40 persen pengguna online di Asia Pasifik mengalami insiden kebocoran data pribadi. Sementara lebih dari lima orang dalam setiap 10 pengguna online di wilayah ini menyatakan keprihatinan yang sama dalam hal menjaga kehidupan virtual mereka.

Survei itu dilakukan oleh lembaga penelitian independen Toluna antara Januari dan Februari 2020 dengan melakukan penelitian pada 15.002 konsumen di 23 negara, di mana 3.012 peserta berasal dari wilayah Asia Pasifik.

Ilustrasi tengah menggunakan fasilitas internet [Shutterstock].
Ilustrasi tengah bersiap menggunakan fasilitas internet [Shutterstock].

"Data menunjukkan perilaku online yang cukup kompleks di wilayah kami. Ini sesungguhnya merupakan kemajuan yang disambut baik. Sebagian besar konsumen sekarang cukup memahami privasi online, tetapi kebiasaan virtual dan pengetahuan keamanan mereka masih membutuhkan perubahan," ucap Stephan Neumeier, Managing Director Kaspersky untuk wilayah  Asia Pasifik, dalam keterangan pers yang diterima Suara.com.

Pelanggaran siber tadi mencakup 40 persen akun yang diakses tanpa izin, 39 persen pengambilalihan perangkat secara ilegal, 31 persen pencurian dan penggunaan data rahasia, 20 persen penyebaran informasi pribadi secara publik, dan data pribadi yang diakses oleh seseorang tanpa persetujuan.

Baca Juga: Viral Plang 'Keluarga Ini Nekat Mudik ke Zona Merah', Didukung Warganet

Ironisnya, penelitian yang sama menemukan bahwa lebih dari seperlima pengguna masih membagikan privasi secara sukarela untuk mendapatkan produk atau layanan secara gratis.

Sebanyak 24 persen responden lainnya juga lalai dalam menjaga privasi dengan membagikan detail akun media sosial untuk kuis hiburan. Selain itu, 2 dari 10 konsumen yang disurvei juga mengakui mereka membutuhkan bantuan untuk mempelajari bagaimana cara melindungi privasi secara online.

"Dengan situasi kerja jarak jauh saat ini di sebagian besar negara di Asia Pasifik, privasi digital harus menjadi perhatian bagi pengguna pribadi dan perusahaan," tambah Neumeier.

Adapun hal negatif yang dirasakan pengguna online sehingga mempengaruhi kehidupan digital dan bahkan fisik adalah:

  • 39 persen mengatakan terganggu oleh spam dan iklan
  • 33 persen merasa stres
  • 24 persen menyatakan reputasi pribadi mereka dalam bahaya
  • 19 persen pengguna telah menyinggung seseorang, kehilangan uang, dan terintimidasi
  • 16 persen pengguna di Asia Pasifik mengalami pemerasan
  • 14 persen mengalami kerusakan karir
  • 10 persen mengalami putus hubungan atau perceraian.

Disarankan, untuk memastikan informasi pribadi pengguna tetap terlindungi di ruang internet, pengguna harus menyimpan seluruh daftar akun online sehingga pengguna memiliki pemahaman penuh tentang layanan dan situs web mana yang mungkin menyimpan informasi pribadi.

Baca Juga: 30 Negara Termasuk Indonesia Beraliansi, Cegah Nasionalisme Vaksin Corona

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI