Dua jam setelah cuitan itu mengudara, Twitter langsung menyembunyikannya. Jika akun Trump dibuka, cuitan itu tak muncul dan ditutupi oleh pengumuman berbunyi, "Tweet ini melanggar Aturan Twitter soal mengagungkan kekerasan. Akan tetapi, Twitter menilai bahwa tweet ini masih dapat dibaca karena merupakan bagian dari kepentingan publik."
Kembali kena sanksi dari Twitter, Trump kembali mengamuk di, tentu saja, Twitter. Ia menuding bahwa Twitter sebagai perusahaan prokomunis, perpanjangan tangan China, dan Partai Demokrat. Semua tudingan itu belum bisa ia buktikan. [The Guardian/NPR/CBC]