Suara.com - Setengah dari semua sistem bintang di galaksi berada dalam sistem bintang biner, yaitu terdiri dari dua atau lebih bintang yang saling mengorbit. Namun tata surya hanya memiliki satu Matahari. Bintang besar itu tidak memiliki pasangan bintang lain dan hanya diorbiti oleh planet-planet dengan Jupiter yang berukuran paling besar.
Menariknya, jika seluruh massa planet ditambahkan, jumlah massa totalnya tidak akan mencapai setengah dari massa Jupiter!
Dengan dimensinya yang sangat besar, Jupiter bahkan bisa menjadi bintang jika massa Jupiter ditambah hingga 80 kali lebih masif dari massanya saat ini. Hal ini akan membuat tekanan dan suhu pada inti Jupiter cukup tinggi untuk menyalakan fusi nuklir hidrogen sehingga Jupiter akan menyala sebagai bintang.
Namun, Jupiter tidak cukup masif untuk bisa menyala sebagai bintang. Karena material cakram protoplanet yang ada di sekitar Matahari muda tidak berjumlah cukup banyak, hal itu membuat Jupiter berakhir sebagai planet gas raksasa di tata surya.
Baca Juga: Tertutup Karang, Ilmuwan Temukan Bangkai Kapal dari Akhir Abad ke-18
Dilansir dari Universe Today, jika tata surya memiliki lebih banyak bahan di cakram yang mengelilingi Matahari muda, seluruh bongkahan gas akan terjepit dan mulai runtuh, Jupiter pada akhirnya akan terbakar dan menyala sebagai Matahari kedua.
Tetapi jika Jupiter menjadi Matahari kedua, maka Bumi tidak bisa mendukung kehidupan karena planet yang mengorbit dalam sistem biner hampir tidak pernah mendapatkan zona layak huni untuk suhu permukaan ideal menahan air dalam bentuk cair.