Berusia 500 Tahun, Seni Cadas Misterius Ini Dibuat dari Lilin Lebah

Jum'at, 29 Mei 2020 | 08:10 WIB
Berusia 500 Tahun, Seni Cadas Misterius Ini Dibuat dari Lilin Lebah
Beeswax atau lilin lebah yang di masa purba dijadikan stensil pembentuk gambar pada seni cadas atau rock art. Sebagai ilustrasi [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seni cadas atau rock art berusia 500 tahun yang ditemukan di situs Yilbilinji dekat Teluk Carpentaria di Australia utara menjadi karya seni paling langka di dunia. Menggambarkan sosok mirip manusia tengah memegang bumerang dan dikelilingi banyak bumerang. Karya ini adalah jenis stensil yang melibatkan pembuatan garis miniatur manusia, peralatan, dan bentuk lainnya.

Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan berpendapat tentang bagaimana manusia purba membuat seni itu. Populasi Aborigin Australia telah menciptakan seni cadas selama setidaknya 44.000 tahun. Biasanya ketika melakukan stensil, seniman memegang tangan mereka atau benda lain ke batu dan menyemprotkan cairan berpigmen ke atasnya.

Seni cadas atau rock art di situs Yilbilinji, Carpentaria, Australia [Science/L.M Brady].
Seni cadas atau rock art di situs Yilbilinji, Carpentaria, Australia [Science/L.M Brady].

Menariknya, batu merah yang menjorok di Yilbilinji menampilkan figur yang jauh lebih kecil, menampilkan 17 manusia mini, bumerang, dan pola geometris. Salah satu penulis penelitian ingat, pernah melihat orang Aborigin menggunakan lilin lebah atau beeswax sebagai semacam tanah liat untuk membuat mainan anak-anak yang menyerupai sapi dan kuda. Dari sini para ahli berpikir mungkin seniman batu kuno menggunakan lilin lebah untuk membentuk stensil.

Dilansir dari Science Mag, para ilmuwan bekerja sama dengan perwakilan dari masyarakat adat Marra dan berusaha untuk meniru seni kuno hanya menggunakan bahan-bahan asli daerah itu.

Baca Juga: Best 5 Oto: Tunggangan Robby Purba Dimaling, Daftar Harga Motor Honda

Dengan memanaskan dan membentuk lilin lebah, menempelkannya pada batu, dan menyemprotkannya dengan cat pigmen putih, mereka berhasil memproduksi seni cadas yang sangat mirip dengan aslinya, seperti ditemukan di Yulbilinji.

Para ilmuwan mencatat bahwa seni miniatur mungkin telah melayani tujuan spiritual atau ritual. Atau di sisi lain, karena banyak stensil yang berada relatif rendah pada batu yang menggantung, mungkin hanya permainan anak-anak, sama seperti kanak-kanak sekarang belajar corat-coret atau menulis di dinding.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI