Suara.com - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate mengatakan bahwa Idul Fitiri menjadi kesempatan untuk memperkokoh kesiapan berdamai dengan COVID-19.
"Bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri memperkokoh kesiapan kita untuk berdamai dengan COVID 19. Melalui kesempatan ini menekan berdamai bukan berarti menyerah. Berdamai menyesuaikan diri dengan kedisiplinan yang tinggi untuk menjalankan protokol kesehatan sebagai upaya untuk memutus mata rantai COVID-19," ujar Plate dalam siaran streaming, Minggu (24/5/2020).
Hal ini, menurut Plate telah sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, bahwa masalah kesehatan COVID-1 memang menjadi yang utama, namun aspek non medis juga menjadi prioritas untuk dilaksanakan.
Karena itu, Plate melanjutkan, produktivitas ekonomi dan industri, dan dunia usaha, serta UMKM dan ultra mikro untuk tetap harus dilaksanakan untuk menjaga lapangan kerja rakyat dan penghasilan masyarakat.
Baca Juga: Bakti Siapkan 2000 Titik Akses Internet di Lokasi Baru
"Kondisi ini disebutkan era normal baru, normal baru memastikan kesehatan masyarakat tetap menjadi prioritas di saat bersamaan produktivitas dan sosial ekonomi tetap terjaga," kata Plate.
Pelaksanaan era normal baru tersebut, menurut Plate, memerlukan kerjasama seluruh komponen bangsa.
"Kami menyebut kerjasama ini dengan lima jaringan sinergi, di mana lembaga pemerintah, masyarakat sipil, dunia akademis, dunia usaha dan media harus terus bergotong royong secara sungguh-sungguh menghadapi pandemi COVID-19," Plate menambahkan.
Sementara itu, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Nasaruddin Umar, yang hadir dalam acara virtual tersebut, mengatakan memasuki era normal baru di mana masyarakat diajak berdamai dengan virus corona menjadi filosofi sangat tinggi.
Sebab, menurut Nasaruddin, hal itu telah sesuai dengan agama Islam "yang meminta kita untuk berdamai dengan musibah, berdamai dengan penyakit, berdamai dengan kekecewaan dan penderitaan."
Baca Juga: Kominfo Pantau Kualitas Telekomunikasi, Sambut Lebaran dan New Normal
Lebih lanjut, dia mengutip hasil penelitian perhimpunan ahli anestesi, yang menyimpulkan bahwa orang yang beriman tidak pernah merasakan sakit 100 persen, hanya 60 persen, sementara orang yang tidak punya keyakinan akan merasakan kesakitan bahkan dua kali lipat.
Tidak hanya itu, Nasaruddin juga mengatakan bahwa manusia harus bersahabat dengan alam semesta.
"Secara teologi bersahabat dengan sesuatu, maka sesuatu itu akan bersahabat dengan kita," ujar dia. [Antara]