Suara.com - Sebuah lempeng tektonik raksasa di selatan Indonesia perlahan-lahan terbelah. Fenomena ini diketahui setelah peneliti menganalisis dua gempa dengan magnitudo di atas 8 yang terjadi pada 2012 silam di dekat Sumatera.
Lempeng tektonik Indo - Australia - Capricorn itu terbelah dalam kecepatan yang sangat lamban, sekitar 1,7 milimeter per tahun. Dalam 1 juta tahun, retakan di lempeng tektonik itu baru akan mencapai sekitar 1,7 km.
"Ini bukan struktur yang bergerak cepat, tetapi cukup signifikan jika dibandingkan dengan yang lain," kata Aurelie Coudurier-Curveur, pakar geosains bawah laut dari Institut Fisika Bumi, Paris seperti dilansir Live Science.
Sebagai pembanding, Patahan Laut Mati di Timur Tengah bergerak sekitar 0,4 cm per tahun. Sementara Patahan San Andreas di California, AS bergerak sekitar 1,8 cm per tahun.
Baca Juga: Gempa Pangandaran Dipicu Subduksi Lempeng Indo-Australia
Retakan pada lempeng tektonik itu berlokasi di bawah laut. Keretakan itu ditemukan berkat dua gempa besar pada 2012 lalu. Pada 11 April 2012, gempa bermagnitudo 8,6 dan 8,2, terjadi di Samudera Hindia, di dekat Sumatera.
Gempa itu, uniknya, tidak berpusat di sepanjang zona subduksi, pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia, tetapi pada sebuah lokasi di tengah lempeng Indo-Australia.
Para ilmuwan pun menduga bahwa sedang terjadi deformasi batuan di tengah lempeng itu, tepatnya di lokasi yang disebut sebagai Wharton Basin. Deformasi ini sendiri, menurut para ilmuwan, tidak mengejutkan. Alasannya karena Lempeng Indo - Australia - Capricorn bukan satu unit yang kohesif.
"Ia bukan lempeng yang seragam. Ada tiga lempeng yang, kurang lebih, menyatu dan bergerak ke arah yang sama bersamaan," jelas Coudurier-Curveur.
Dalam studi itu para ilmuwan meneliti retakan di Lubuk Wharton, tempat dua gempa di 2012 itu berpusat. Ada dua data hasil penelitian pada 2015 dan 2016 terkait kawasan itu. Data itu berisi soal topografi retakan di zona tersebut.
Baca Juga: Gempa Kupang Magnitudo 5,9 Akibat Tumbukan Lempeng Australia dan Eurasia
Saat Coudurier-Curveur dkk menganalisis dua data tersebut, mereka menemukan bukti akan adanya patahan jenis strike-slip di sana.
Mereka juga menemukan 62 lubuk laut di dekat zona retakan yang panjangnya mencapai hampir 350 km. Lubuk-lubuk laut yang ditemukan berukuran besar, dengan lebar mencapai 3 km dan panjang mencapai 8 km.