Suara.com - Seorang hacker (peretas) mengklaim telah membocorkan data pribadi dan data pemilih sebanyak 2,3 juta warga negara Indonesia. Menurut sampel data yang dilihat Hackread.com, data tersebut muncul sejak 2013 dan tampaknya dicuri dari situs web resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam bahasa Indonesia.
Data 2,36 GB telah dibagi menjadi beberapa folder yang semuanya berisi data dalam file PDF termasuk nama lengkap, alamat, nomor registrasi, nomor kartu keluarga, tanggal lahir dan tempat lahir, dan lain-lain.
Buruknya lagi, peretas tersebut mengklaim memiliki akses lebih dari 200 juta Data Pemilihan Tetap (DPT) milik KPU, akan dibocorkan di forum peretas.
"Saya memutuskan untuk berbagi dengan Anda sekitar 2,3 juta data kewarganegaraan dan pemilu Indonesia karena saya pikir data Indonesia tampaknya jarang di forum ini (merujuk pada forum peretas tempat data tersebut bocor)," tulis peretas dilansir laman hackered.com, Jumat (22/5/2020).
Baca Juga: Mari Berkenalan dengan Dua Astronot NASA Mengangkasa Naik SpaceX
Hal ini dikomentari salah satu perwakilan dari layanan pemantauan pelanggaran Under The Breach.
“Aktor yang membocorkan basis data belum tentu orang yang pertama kali mendapatkannya, akan masuk akal jika basis data niche semacam itu berputar-putar di sekitar forum berbasis Indonesia yang lebih kecil sampai muncul di forum cybercrime yang lebih besar,” tulisnya.
Bulan lalu situs keamanan data hackread.com secara eksklusif melaporkan bagaimana Tokopedia diretas oleh peretas web gelap dan sebanyak 92 juta data pribadi pelanggannya diklaim diperdagangkan, dijual di pasar web gelap, dan beberapa forum peretas.
Seperti diketahui, beberapa minggu lalu ada kebocoran data lain hampir 13 juta akun pengguna diklaim milik Bukalapak. Basis data berasal dari 2017 dan tampaknya, Bukalapak mengakui peretasan pada 12 April 2019.
Baca Juga: Waduh! Ilmuwan di China Disuntik Vaksin Covid-19 yang Belum Diuji