Bahaya Berselancar Internet, Indonesia Peringkat ke-46 di Dunia

Rabu, 20 Mei 2020 | 13:30 WIB
Bahaya Berselancar Internet, Indonesia Peringkat ke-46 di Dunia
Ilustrasi belanja online. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Semenjak terjadinya pandemi virus Corona (Covid-19), momentum Idul Fitri seperti berkumpul bersama keluarga dan mengunjungi kerabat, jauh lebih terbatas, hingga tradisi belanja lebaran sekarang bergeser secara online.

Lebih banyak orang melakukan berbelanja online, maka semakin banyak pula target yang menggoda para pelaku kejahatan siber. Dalam situasi seperti itu, setiap orang harus mengetahui kemungkinan adanya tindak kejahatan siber.

Menurut data Kaspersky pada kuartal pertama 2020 (Januari-Maret) di Indonesia, menunjukkan bahwa 25,7 persen pengguna komputer hampir terpengaruh oleh ancaman berbasis web.

Ancaman penjelajah web adalah metode utama untuk menyebarkan program berbahaya, seperti mengeksploitasi kerentanan di peramban dan plugin serta rekayasa sosial. Namun, statisik itu sebenarnya mengungkapkan perubahan lebih baik dalam lanskap ancaman di Indonesia, dibandingkan periode yang sama tahun lalu di mana jumlah ancaman web sebesar 30,1 persen.

Baca Juga: Terungkap, Ini Nama Earphone TWS Pertama Poco

Angka tersebut sekaligus menempatkan Indonesia di peringkat ke-46 di dunia, dalam hal bahaya yang terkait dengan berselancar di web. Tetapi perubahan positif ini tidak bisa dijadikan alasan pengguna untuk melonggarkan kewaspadaan. Pasalnya, sedikit kelalaian akan menjadi celah bagi para pelaku, terutama selama momentum besar seperti Idul Fitri.

Malware di smartphone. [Shutterstock]
Malware di smartphone. [Shutterstock]

Selain ancaman web, hal lain yang perlu dipertimbangkan saat berbelanja online adalah keamanan sistem pembayaran pengguna. Pada 2019, Kaspersky menemukan spesimen pertama malware keuangan seluler yang menunjukkan peningkatan otonomi.

Hingga saat itu, dua metode telah digunakan untuk mencuri uang dari rekening bank, pertama melalui SMS banking di pihak korban. Ini merupakan teknik pencurian otonom yang hanya memerlukan informasi tentang penerima transfer.

Kedua, dengan mencuri kredensial perbankan online, para pelaku akan menampilkan jendela phishing pada perangkat korban, yang meniru halaman login bank dan memutar kredensial korban. Metode kedua telah menjadi cara yang paling banyak digunakan dalam beberapa tahun terakhir.

Kaspersky juga menemukan 106 paket instalasi untuk Trojan mobile banking di Indonesia di sembilan bulan pertama pada 2019. Itu menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar negara dengan pangsa pengguna yang terkena ancaman malware mobile dengan persentasi 35,12 persen.

Baca Juga: Pilah-Pilih Ponsel Midrange, Realme 6 vs Redmi Note 8 Pro

Indonesia berada di posisi 6, setelah Iran, Pakistan, Bangladesh, Algeria, dan India. Sementara peringkat 7 hingga 10 diduduki Nigeria, Tanzania, Saudi Arabia, dan Malaysia.

"Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbanyak, menjadikan Idul Fitri sebagai bagian dari perayaan suci masyarakatnya. Tidak mengherankan, para pelaku kejahatan siber pun menganggapnya demikian," ucap Dony Koesmandarin, Territory Channel Manager untuk Indonesia di Kaspersky, dalam keterangan pers yang diterima Suara.com.

Logo perusahaan keamanan siber, Kaspersky Lab. [Shutterstock]
Logo perusahaan keamanan siber, Kaspersky Lab. [Shutterstock]

Untuk menghindari menjadi korban kejahatan siber selama berbelanja onlien saat Idul Fitri, berikut lima tips yang dapat dilakukan:

1. Menjaga pribvasi online pengguan dengan sebaik-baiknya. Hanya bagikan atau izinkan akses menuju informasi pengguna dengan pihak ketiga jika benar-benar diperlukan. Hal ini untuk meminimalkan informasi jatuh ke tangan yang salah.

2. Jangan pernah klik tautan asing mencurigakan yang dikirimkan kepada pengguna melalui teks, aplikasi SMS, atau platform lainnya.

3. Selalu periksa orisinalitas situs web atau toko online yang diakses. Pastikan untuk memeriksa ulasan belanja online untuk memutuskan apakah aman atau tidak, sebelum pengguna memasukkan informasi kartu kredit.

4. Kelola kata sandi dalam lapisan kompleksitas. Usahakan jangan menggunakan kata sandi yang terlalu umum dan berkaitan dengan informasi pribadi pengguna. Usahakan gunakan kata sandi dengan kombinasi huruf besar, huruf kecil, dan angka.

5. Gunakan solusi keamanan yang dapat diandalkan yang dapat mengidentifikasi lampiran berbahaya dan memblokir situs phishing.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI