Würz menambahkan bahwa penyakit yang tidak mematikan pada manusia sebelumnya terbukti fatal pada hewan. Namun, ia tidak memberikan alasan spesifik tentang kecurigaan PETA bahwa Rima mungkin telah terinfeksi virus di kebun binatang.
PETA juga menggunakan kasus ini untuk menyoroti penentangannya, terhadap kera yang dipelihara di kebun binatang dan menyebut hal itu dapat membuat kera lebih rentan terhadap penyakit.
Seorang juru bicara Kebun Binatang Leipzig menyangkal klaim yang menyebut Rima mati karena virus Corona dan mengatakan bahwa tidak ada petugas atau hewan yang terinfeksi.
"Sulit bagi kami untuk menanggapi pernyataan tidak memenuhi syarat seperti ini dari PETA. Bayi orangutan yang mati tidak dites untuk virus Corona. Dia mati pada awal April dan sudah pingsan dan dalam kondisi kesehatan yang buruk sebelum itu," kata juru bicara kebun binatang.
Baca Juga: Startup China Bikin Masker Transparan Canggih, Dibuka Pakai Ponsel
"Baik petugas maupun hewan tidak memiliki gejala virus Corona di kebun binatang kami. Karena itu, kami tidak akan menggunakan kapasitas skrining manusia dengan tes yang tidak perlu," tambahnya.
Juru bicara itu menambahkan bahwa saat ini sudah terlambat untuk melakukan tes pada bayi orangutan itu karena tubuh Rima sudah dibuang.
Kebun Binatang Leipzing telah ditutup selama enam minggu karena pandemi, tetapi sebagian dibuka kembali pada 4 Mei dengan langkah-langkah kebersihan baru. Pengunjung harus membeli tiket untuk slot waktu tertentu pada hari tertentu untuk mengontrol jumlah pengunjung di kebun binatang.
Sejauh mana hewan rentan terhadap virus Corona masih belum sepenuhnya jelas, tetapi tidak ada tanda-tanda penyebaran luas di dunia hewan. Belum ada bukti bahwa hewan dapat menyebarkan virus Corona ke manusia.
Para ilmuwan saat ini masih berusaha menentukan bagaimana virus itu ditransmisikan ke manusia.
Baca Juga: Begini Cara Unik Angkatan Udara AS Ukur Kekuatan Sistemnya