Suara.com - Para peneliti di Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal di Maryland telah menemukan bahwa berbicara dengan volume yang keras, dapat melepaskan ribuan tetesan virus corona per detik.
Berbicara dengan suara keras dapat menyebabkan virus corona tetap hidup di udara lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya, kata para ilmuwan.
Sebuah penelitian di AS mengklaim bahwa orang yang terinfeksi dapat melepaskan ribuan tetesan saat berbicara, yang kemudian dapat tetap di udara hingga 14 menit.
Temuan ini, yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences, muncul setelah para ilmuwan menggunakan lampu laser untuk mempelajari bagaimana perjalanan semprotan oral.
Baca Juga: Ada-ada Saja, Mahasiswa Ini Bobol Museum Demi Selfie dengan Dinosaurus
Sebagai bagian dari penelitian, seseorang difilmkan mengatakan ungkapan "tetap sehat" selama 25 detik di ruang tertutup.
Lokasi itu kemudian difilmkan selama 80 menit, untuk menganalisis berapa banyak partikel yang tersisa di udara.
Para peneliti di Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal di Maryland kemudian mempelajari gambar-gambar itu, yang menunjukkan bahwa pembicara yang lantang dapat melepaskan ribuan tetesan cairan per detik.
Ini menunjukkan bahwa virus corona dapat menyebar melalui percakapan normal, dan bukan hanya batuk dan bersin.
"Pengamatan ini mengonfirmasi bahwa ada kemungkinan besar bahwa berbicara normal, menyebabkan penularan virus melalui udara di lingkungan terbatas," kata para penulis, dilansir laman The Sun, Rabu (20/5/2020).
Baca Juga: Matahari Lockdown dan Letusan Gunung Tambora Pernah Picu Kelaparan Hebat
"Sudah lama diakui bahwa virus pernapasan dapat ditularkan melalui tetesan yang dihasilkan oleh batuk atau bersin. Kurang diketahui secara luas bahwa berbicara normal menghasilkan ribuan tetesan cairan oral dengan distribusi ukuran luas," katanya.
Awal pekan ini, Transport for London mendesak penumpang kereta api dan bus untuk menutupi wajah mereka karena beberapa mulai kembali bekerja sesuai pelonggaran aturan lockdown.
Pemerintah juga menyarankan penutup wajah di ruang publik tertutup, di mana Anda mungkin lebih mungkin untuk melakukan kontak dengan orang-orang yang biasanya tidak Anda temui, seperti di toko-toko.
Penutup wajah tidak perlu dikenakan di luar ruangan, saat berolahraga, di sekolah, di tempat kerja seperti kantor, dan ritel, atau oleh mereka yang mungkin merasa kesulitan untuk memakai, seperti anak di bawah dua tahun atau anak usia primer yang tidak dapat menggunakannya tanpa bantuan, atau mereka yang mungkin mengalami kesulitan bernapas saat mengenakan penutup wajah.
Masyarakat juga sangat didesak untuk tidak membeli masker bedah atau respirator, yang diprioritaskan untuk petugas kesehatan.