Seluruh proyeksi ekonomi yang ada saat ini terkait pandemi COVID19 memiliki margin of error (batas kesalahan) yang cukup luas; sulit untuk bisa yakin terkait besarnya dampak dari pandemi yang sedang berlangsung.
Apabila pertumbuhan GDP mendekati angka dua digit yang negatif sebagaimana yang terjadi pada krisis keuangan 1998, misalnya, pengaruhnya terhadap kemiskinan bisa jadi jauh lebih besar dari yang dihasilkan oleh model ini.
Yang jelas, terlepas dari realita intervensi pemerintah maupun pertumbuhan ekonomi yang nanti akan terjadi, kemiskinan akan tetap meningkat untuk pertama kalinya secara bersamaan di dunia negara berkembang.
Hal ini termasuk Indonesia, setidaknya untuk jangka pendek.
Baca Juga: Motor Listrik Bertandatangan Jokowi Dilelang Untuk Donasi Covid-19
Dampaknya terhadap upaya penurunan kemiskinan
Pemerintah telah membuka secara luas diskusi mengenai dampak pandemi terhadap kemiskinan dan bahkan juga telah menyiapkan skenario pertumbuhan ekonomi nol persen.
Berbagai pelajaran dari kebijakan di masa lalu juga telah membuat kita lebih siap dalam perencanaan program penuntasan kemiskinan.
Namun, sukses atau tidaknya penekanan kenaikan kemiskinan akan tergantung pada kapasitas pemerintah daerah untuk secara efisien mengelola bantuan finansial dan program sosial, serta senantiasa memperbarui data orang miskin.
Bahkan untuk proyeksi BAPPENAS pada skenario pertumbuhan non-negatif untuk bisa terwujud, pemerintah daerah harus lebih proaktif dalam tiga hal.
Baca Juga: Sembuh dari Covid-19, Menhub Budi Karya Akui Alami Penurunan Fungsi Otot
Pertama, rantai pasok lokal harus dijaga untuk mencegah kelangkaan pangan dan inflasi harga pangan.