Suara.com - Ilmuwan meyakini bahwa Mars saat ini tidak memiliki tanda-tanda kehidupan. Seandainya memang ada kehidupan, mereka menduga petunjuk bisa ditemukan di genangan air asin yang berada di permukaan Mars.
Menurut laporan The Independent, Rabu (13/5/2020), genangan air asin mungkin banyak ditemui di Planet Merah. Berdasarkan data yang dihimpun para ilmuwan, permukaan Mars mengandung jenis garam kalsium perklorat yang bisa 'deliquesce' atau berubah menjadi cairan dengan menyerap kelembaban di udara.
Kondisi Mars yang dingin dan kering membuat air di permukaannya langsung membeku atau menguap. Tapi jika air memiliki kandungan garam, proses pembekuan maupun penguapan berjalan lebih lambat ketimbang air yang berada di Bumi.
Penelitian terbaru yang sudah diterbitkan di jurnal Nature Astronomy ini dibuat berdasarkan model atmosfer Mars, dengan tujuan memahami bagaimana genangan air asin bisa terbentuk dari garam tersebut, dan untuk mencari tahu apakah air tersebut bisa dijadikan sumber kehidupan atau tidak.
Baca Juga: Jenis Aplikasi yang Berpotensi Berbahaya di Google Play Store
Model yang dikembangkan ilmuwan menunjukkan bahwa 40% permukaan Mars bisa menampung genangan air asin. Keberadaannya memang belum terbukti, tapi ini menunjukkan air asin merupakan sesuatu yang lebih umum daripada yang diyakini sebelumnya.
Sayangnya, air asin tersebut harus bertahan di suhu yang sangat dingin yaitu -45 derajat Celcius agar tetap bisa mempertahankan bentuknya. Karena suhu yang terlalu dingin, air asin di Mars diragukan bisa mendukung adanya kehidupan, terutama oleh manusia yang berangan ingin tinggal di sana.
Tak hanya itu, air asin di permukaan Mars hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, yaitu hingga enam jam, dan hanya bisa muncul dua minggu dalam setahun.
"Bahkan kehidupan ekstrem di Bumi ada batasnya, dan kami menemukan pembentukan air asin dari beberapa garam bisa berujung pada air di lebih dari 40 persen permukaan Mars, tapi hanya musiman, selama 2% dari satu tahun di Mars," ungakp Senior Research Scientist Southwest Research Institute sekaligus pemimpin studi, Alejandro Soto.
Meski memupuskan kemungkinan manusia untuk hidup, temuan ini bisa menjadi wawasan baru bagi ilmuwan yang ingin menjelajahi permukaan Mars lebih jauh.
Baca Juga: Kominfo: Ada 686 Hoaks Corona, Paling Bahaya di WhatsApp Group
Pasalnya, temuan ini mengindikasikan bahwa akan sulit bagi kehidupan di Bumi yang mengikuti misi ke Mars untuk bisa bertahan. Seandainya manusia bisa bertahan untuk beberapa saat, ulah mereka akan mengganggu ekosistem alami di Mars.
"Hasil baru ini mengurangi beberapa risiko menjelajahi Planet Merah sekaligus berkontribusi untuk misi masa depan tentang potensi kondisi yang bisa dihuni di Mars," tutup Soto.