Tebing di Mars ini sekaligus mengungkap aliran sungai yang terus menggeser parit, menciptakan tepi sungai berpasir, mirip dengan Rhine atau sungai lainnya yang biasa ditemukan di Italia.
Dari data ini juga, ilmuwan menduga bahwa air di Mars berasal dari hujan, sama dengan yang terjadi di Bumi.
Batuan sedimen ini juga dipakai untuk mengidentifikasi selat di sungai kuno ini yang memiliki kedalaman sekitar 3 meter.
Namun tentu saja, bebatuan yang dipelajari hanya mengandung sebagian waktu saat air dan sedimen berpindah di permukaan.
Baca Juga: Sosok Djoko Santoso di Mata Liliyana: Siap Tanggung Jawab Bila Atlet Kalah
Bebatuan utuh dan sejarah yang disimpannya bisa saja menghilang karena erosi, tapi bebatuan lain yang menjadi penanda waktu bisa saja sedang tersembunyi atau terkubur di dalam perut Mars.