"Yang kami tahu adalah tikus-tikus di Hong Kong membawa virus. Kami menguji (penularan pada) manusia dan menemukan virusnya," terang Sridhar seperti dilansir laman Mirror, Minggu (10/5/2020).
Meski meyakini bahwa tikus-tikus di Hong Kong membawa virus ini, namun para ilmuwan belum mengetahui cara penularan itu bisa berpindah kepada manusia. Saking bingungnya, mereka menyebut bahwa hal ini merupakan 'mata rantai yang hilang'.
"Tapi bagaimana hal itu bisa menular kepada manusia? apakah tikus mencemari makanan kita, atau ada hewan lain yang terlibat, kita tidak tahu. Itulah mata rantai yang hilang," imbuhnya.
Meskipun banyak pasien dengan jenis Hepatitis E, manusia hanya melaporkan gejala ringan. Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperkirakan bahwa virus ini menewaskan 44.000 orang pada tahun 2015.
Baca Juga: BMKG Beri Peringatan Dini ke Warga Jakarta
Hepatitis E juga dapat menyebabkan demam, penyakit kuning, dan kerusakan hati jangka panjang, sehingga sangat berbahaya bagi pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Selain kasus-kasus yang terjadi di Hong Kong, sebuah laporan pada Februari 2019 lalu juga mengindikasikan bahwa seorang lelaki di Kanada telah terinfeksi Hepatitis E.
Pasien, yang diketahui telah mengunjungi Afrika, pergi ke rumah sakit setelah menderita gatal-gatal, mual, penyakit kuning parah dan hati yang meradang.
Dr Sridhar percaya bahwa Hepatitis E tipe baru ini bisa menjadi masalah global maupun pandemi, layaknya virus corona. Pasalnya, para ilmuwan belum bisa mengungkap cara penularan virus tersebut kepada manusia.
Lebih mengkhawatirkan lagi, obat yang biasanya digunakan untuk mengobati jenis Hepatitis E biasa, kurang efektif untuk melawan jenis baru ini.
Baca Juga: Viral Penjual Es Kelapa Muda Berparas Cantik, Warganet Auto Salfok